Bisnis.com, JAKARTA – Daya tarik investasi yang ditawarkan Indonesia di sektor farmasi dilirik investor. Pengusaha dari Jepang memperlihatkan minatnya untuk menanamkan modalnya di sektor farmasi Indonesia. Sementara itu, PT Vivo Energy Indonesia mengumumkan akan menjual BBM jenis Revvo 90. BBM ini setara dengan Pertalite yang dijual di SPBU Pertamina.
Selain berita tentang minta investasi Jepang di sektor farmasi Indonesia dan rencana Vivo memasarkan BBM yang setara dengan Pertalite, berbagai informasi lainnya disajikan Bisnisindonesia.id secara analitis dan lebih mendalam.
Berikut lima berita pilihan yang kami sajikan dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa, 11 Oktober 2022.
1. Arus Kencang Investasi Farmasi dari Jepang
Jepang merupakan salah negara dengan investor yang paling tertarik untuk menanamkan modalnya di sektor farmasi di Indonesia.
Pada semester pertama 2022, Jepang tercatat sebagai negara dengan realisasi investasi terbesar di sektor farmasi yakni mencapai US$1,7 miliar atau setara dengan 94 persen dari total investasi sektor farmasi pada periode itu.
Baca Juga
Pada Kamis (6/10/2022), KBRI Tokyo, KJRI Osaka, KADIN Komite Bilateral Indonesia – Jepang, Kementerian Perindustrian, IIPC Tokyo dan ITPC Osaka serta beberapa mitra Jepang seperti METI Kansai, FPMAJ dan JETRO menginisiasi Indonesia-Japan Pharmaceutical and Medical Device Business Forum di Osaka.
Hasilnya, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) dan mitranya di Jepang yakni Federation of Pharmaceutical Manufacturers’ Association of Japan (FPMAJ) menandatangani kerja sama, khususnya untuk membuka kontak dalam penjajakan co-production dan riset.
2. Dugaan Korupsi Impor Garam Industri Memanas
Kasus dugaan korupsi izin impor garam industri pada 2016-2022 memanas setelah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti diperiksa menjadi saksi. Kementerian Perindustrian bersikeras bahwa penetapan kuota impor sudah transparan.
Kementerian Perindustrian mengungkapkan rekomendasi dari pihaknya untuk kuota persetujuan impor (PI) pada 2018 mencapai 3,16 juta ton. Angka itu di bawah angka kebutuhan sebesar 3,7 juta ton.
Namun, realisasi impor garam industri pada 2018 hanya sebesar 2,84 juta ton.
Berdasarkan catatan Bisnis, konsumsi garam pada 2018 mencapai 3,9 juta ton dan produksi garam nasional tembus 2,7 juta ton. Oleh karena itu, terdapat kelebihan stok garam sekitar 1,3 juta ton. Hal itu yang memicu Kejaksaan Agung (Kejagung) terus memeriksa kasus ini karena dinilai merugikan perekonomian negara.
3. Investor Indonesia Kian Minati Produk Investasi Berkelanjutan
Pembangkit listrik tenaga surya/Antara
Laporan Global Investor Study 2022 dari Schroders menyebutkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia untuk berinvestasi pada produk-produk dengan prinsip berkelanjutan mulai meningkat.
Investor di Indonesia tertarik masuk pada dana investasi berkelanjutan karena alasan lingkungan.
Studi tahunan yang menyurvei lebih dari 23.000 orang di 33 lokasi global, termasuk Indonesia, tersebut menemukan bahwa 54 persen responden Indonesia tertarik masuk ke dana investasi berkelanjutan karena dampak lingkungan yang lebih luas.
Sementara itu, 58 persen responden juga mengatakan bahwa dana investasi berkelanjutan dinilai menarik karena prinsip-prinsip kemasyarakatannya. Di sisi lain, tingkat keuntungan atau return masih menjadi fokus utama investor Indonesia.
4. IKK Menurun, Kelas Menengah Butuh Stimulan untuk Belanja
Dampak kenaikan harga BBM meluas ke banyak sektor. Di saat pemerintah fokus pada kelompok masyarakat bawah, dampak kenaikan harga BBM ternyata juga membelit kelas menengah. Kelompok yang diandalkan untuk menopang daya beli masyarakat dan indeks keyakinan konsumen itu justru menjadi lebih menahan diri. Mereka memilih siaga menjaga dananya daripada sibuk berbelanja.
Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2022, meski masih berada di level optimistis, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
IKK September 2022 tercatat sebesar 117,2, atau lebih rendah dibandingkan IKK Agustus 2022 yang mencapai 124,7.
Hal itu terutama ditopang oleh komponen indeks ekspektasi penghasilan dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja.
Optimisme konsumen atas kondisi ekonomi saat ini juga tidak sekuat bulan lalu. Optimisme konsumen atas kondisi ekonomi saat ini ditopang oleh optimisme akan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini, meskipun tidak sekuat pada bulan sebelumnya.
5. Viral, SPBU Vivo bakal Jual BBM RON 90 Setara Pertalite
Setelah sempat viral karena menjual bahan bakar minyak (BBM) dengan harga yang lebih murah ketimbang Pertalite yang dijual PT Pertamina (Persero), kini PT Vivo Energy Indonesia kembali membuat kehebohan dengan pengumuman akan menjual BBM jenis Revvo 90.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo milik Vitol Group asal Swiss itu disebut-sebut akan menjual BBM dengan kadar oktan (research octane number/RON) 90 atau setara dengan BBM bersubsidi jenis Pertalite milik Pertamina.
Foto yang diunggah Instagram @vivospbuindonesia menampilkan bahwa Vivo akan segera menjual BBM jenis Revvo 90. Unggahan tersebut juga memastikan bahwa BBM yang dijual akan memiliki kadar oktan 90.
Sebelumnya, SPBU Vivo menjual BBM dengan kadar oktan 89 atau lebih rendah jika dibandingkan dengan Pertalite. BBM Revvo 89 tersebut juga sempat dijual dengan harga Rp8.900 per liter, lebih murah ketimbang harga Pertalite Rp10.000 per liter.