Bisnis.com, JAKARTA – Credit Suisse kini tengah dalam gejolak yang serius dan dikabarkan tengah berada di ambang kebangkrutan. Lembaga investasi asal Swiss ini mengalami penurunan tajam harga saham dan obligasi.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Credit Suisse Group AG melemah 4,15 persen pada akhir perdagangan Rabu (5/10/2022). Sejak awal tahun (year-to-date/ytd), saham Credt Suisse telah anjlok hingga 54,8 persen.
Saham Credit Suisse pun sempat mencapai rekor terendah pada perdagangan Senin dengan pelemahan 11,5 persen.
Gejolak ini semakin meningkat setelah Chief Executive Officer Credit Suisse Ulrich Koerner mencoba meyakinkan karyawan dan investor dengan mengirimkan memo bahwa perusahaan sedang baik-baik saja.
Meskipun mengakui bahwa Credit Suisse berada pada saat kritis, Koerner berjanji untuk mengirim pembaruan rutin kepada karyawan sampai perusahaan mengumumkan rencana strategis barunya pada 27 Oktober.
Pada saat yang sama, Credit Suisse kembali mengirimkan poin pembicaraan kepada para eksekutif yang berurusan dengan klien.
Baca Juga
Kekhawatiran pasar terhadap Credit Suisse seputar kekuatan neracanya tercermin dari posisi credit default swap (CDS) perusahaan, yang sempat anjlok ke rekor tertinggi awal pekan ini .
Pedagang dan investor bergegas untuk menjual saham dan obligasi Credit Suisse sambil membeli credit default swaps (CDS). Adapun CDS ini merupakan kontrak derivatif yang bertindak seperti kontrak jaminan atas potensi gagal bayar utang suatu perusahaan.
Financial Times melaporkan, CDS lima tahun Credit Suisse melonjak lebih dari 100 basis poin pada hari Senin, dengan beberapa pedagang mengutipnya setinggi 350bps.
Kondisi ini membuat pasar khawatir bahwa Credit Suisse akan bernasib sama dengan raksasa keuangan AS Lehman Brothers yang bangkrut pada 2008 silam dan memicu krisis keuangan global.
Namun analis berpendapat Credis Suisse tida akan bernasib sama dengan Lehman. Sebagian analis mengatakan perbandingan yang lebih baik adalah dengan Deutsche Bank pada 2016 dan 2017. Morgan Stanley juga mengalami hal serupa pada tahun 2011 dan keduanya selamat dari cobaan itu.
Tim Analis Citigroup termasuk Andrew Coombs mengatakan posisi Credit Suisse dan langkah Kroener merupakan langkah yang sangat berani.
“Ini bukan tahun 2008,” kata Andrew Coombs seperti dikutip Bloomberg.
Namun, Andrew mengatakan aliran berita utama kemungkinan akan tetap negatif dan masih ada risiko eksekusi yang signifikan dalam setiap rencana strategis baru dari Credit Suisse.
Credit Suisse kini tengah melakukan langkah restrukturisasi dan perampingan bisnis. Terbaru, Credit Suisse dikabarkan menjajaki penjualan salah satu portofolio sektor propertinya, hotel Mandarin Oriental Savoy Zurich.
Juru bicara Credit Suisse Simone Meier mengungkapkan pihaknya meninjau portofolio sektor propertinya secara teratur sebagai bagian dari strategi real estat global.
"Sebagai bagian dari proses ini bank telah memutuskan untuk memulai proses penjualan untuk gedung Hotel Savoy. Kami akan dengan hati-hati menilai semua penawaran dan calon investor dan mengomunikasikan keputusan apa pun pada waktunya.” jelasnya seperti dikutip Bloomberg, Kamis (6/10).