Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHRI Proyeksikan Okupansi Hotel pada September Makin Turun

BPS mencatat TPK hotel klasifikasi bintang kembali mengalami penurunan 2,39 poin dari Juli 2022 menjadi 47,38 persen.
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat

PHRI Proyeksikan Okupansi Hotel pada September Makin Turun

Bisnis.com, JAKARTA--Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memproyesikan tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi hotel pada periode September 2022 masih akan menunjukkan penurunan.

Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengungkapkan, hal tersebut terjadi akibat menurunnya kegiatan korporasi/pemerintah yang menopang bisnis hotel berbintang.

“Saya perkirakan September masih akan menurun 2-3 persen, bisa di angka sekitar 45 persen,” ujarnya, Rabu (5/10/2022).

Pada dasarnya pasar sektor pariwisata khususnya hotel bergantung pada kegiatan wisata atau leisure dan korporasi/pemerintahan. Untuk itu, Maulana mendorong kepada pemerintah dan korporasi untuk tetap mempertimbangkan kegiatannya dilakukan secara normal atau secara offline dalam upaya memulihkan industri pariwisata.

“Kalau kami bicara hanya untuk leisure, daya tahan dari industri hotel itu akan susah pulih,” katanya.

Adapun, TPK pada Agustus 2022 kembali turun dari bulan sebelumnya akibat berakhirnya masa libur sekolah dan kegiatan korporasi atau pemerintah yang juga menurun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2022, TPK hotel klasifikasi bintang pada posisi 49,77 persen, menurun 0,51 poin dari bulan sebelumnya. Sementara pada Agustus 2022, TPK hotel klasifikasi bintang kembali mengalami penurunan 2,39 poin dari Juli 2022 menjadi 47,38 persen.

Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya TPK di sebagian besar provinsi, seperti DI Yogyakarta sebesar 9,05 poin, Jawa Timur sebesar 6,51 poin, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 6,12 poin.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan, kenaikkan harga BBM memberikan dampak kecil pada okupansi hotel berbintang.

Hotel berbintang umumnya mengandalkan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition/event) dari korporasi dan instansi pemerintah. Hal tersebut membuat korporasi dan pemerintah memilih lokasi sekitar DKI Jakarta.

“Adanya kenaikan BBM berdampak harga-harga termasuk kenaikan pada kegiatan MICE sehingga untuk sementara waktu lebih memilih untuk menyelenggarakan kegiatan di kota-kota terdekat –sekitar Jakarta dan Bali – sebagai upaya penghematan budget,” ujarnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper