Bisnis.com, Jakarta — Analis Deustche Bank Research menyatakan lonjakan harga gas alam di Eropa merupakan mimpi buruk yang nyata. Pasalnya, harga gas alam di Eropa melesat setelah Rusia mengatakan akan memotong pasokan yang melalui Ukraina.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (28/9/2022), peringatan tersebut meningkatkan konflik energi di Eropa, bahkan setelah dilaporkan adanya kebocoran pada jaringan pipa Nord Stream oleh otoritas Eropa yang disebut sebagai tindakan sabotase.
Situasi tersebut telah meningkatkan kekhawatiran krisis gas seiring dengan musim panas yang sudah di depan mata.
Sebelumnya, Gazprom PJSC Rusia memperingatkan arus gas melalui Ukraina berisiko, karena perselisihan hukum dengan NJSC Naftogaz Ukrainy.
Namun jika ini dihentikan, pasokan gas ke Eropa barat akan terputus, sehingga menyisakan pipa TurkStream yang mengirimkan gas ke Turki, dan beberapa negara Eropa selatan dan tenggara. Meski demikian, pasokan melalui Ukraina stabil pada hari Rabu, tetapi pada tingkat volume yang berkurang sejak perang.
CEO Naftogaz Yuriy Vitrenko menilai arbitrase terhadap Gazprom akan terus dilanjutkan. Meski demikian, Kepala Kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengungkapkan kerusakan pada jaringan pipa itu disengaja dan blok tersebut akan mengambil lebih banyak langkah untuk mengamankan fasilitas energinya.
Peneliti senior di The Oxford Institute for Energy Studies Katja Yafimava menilai insiden ini terlihat seperti upaya pembunuhan untuk mencegah gas Rusia kembali ke pasar gas Eropa.
Seperti diketahui, harga gas bulan depan naik 13 persen menjadi 209,61 euro per megawatt-jam pada pukul 09:50 di Amsterdam. Sementara itu di Inggris harga gas meningkat 23 persen.