Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Ekspor Diprediksi Turun 2023, Bagaimana Nasib Neraca Dagang?

Kemendag memproyeksi harga komoditas baik harga energi maupun nonenergi akan mengalami penurunan pada 2023.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan memprediksi harga komoditas ekspor Indonesia pada tahun depan akan turun. Harga komoditas baik harga energi maupun nonenergi akan mengalami penurunan pada 2023 masing-masing sebesar 12,3 persen dan 3,5 persen.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag Kasan mengatakan proyeksi harga beberapa komoditas sepanjang kuartal III/2022 sampai dengan kuartal II/2023, beberapa harga komoditi akan mengalami penurunan, yaitu harga perak (trend penurunan 1,95 persen), tembaga (turun 2,22 persen), baja (turun 2,26 persen), minyak sawit (turun 3,99 persen), kakao (turun 2,24 persen), aluminium (turun 2,49 persen), timah (turun 3,04 persen), dan karet (turun 1,54 persen).

“Adapun beberapa komoditi yang diperkirakan masih mengalami peningkatan harga antara lain adalah minyak mentah, gas, batu bara, kopi, dan nikel,” ujar Kasan dalam keterangan tertulisnya kepada Bisnis, Selasa (27/9/2022).

Kasan menuturkan penurunan harga komoditas tersebut sudah terjadi sejak Juli 2022 yang mengalami penurunan dibandingkan Juni 2022, kecuali harga batu bara dan gas. Hal ini mengindikasikan bahwa periode kenaikan harga komoditas (supercycle commodity) sudah melewati masa puncaknya.

Meski begitu, jika dibandingkan dengan Juli 2021, harga komoditas pada Juli 2022 masih jauh lebih tinggi.

Akan tetapi, Kasan mengaku tetap optimis kinerja perdagangan akan tetap surplus dan sesuai target, yakni sebesar US$31,7 miliar. Sepanjang semester I/2022, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$24,94 miliar, terdiri dari surplus nonmigas US$36,63 miliar dan defisit migas US$11,68 miliar.

“Surplus neraca perdagangan tersebut didorong oleh peningkatan ekspor pada semester I/2022 sebesar 37,17 persen year on year (yoy). Meskipun diperkirakan sedikit melemah pada akhir tahun ini, harga komoditas tahun ini diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, sehingga dampaknya masih dapat dirasakan terhadap kinerja ekspor tahun 2022,” ujar Kasan.

Selain itu, secara volume, ujar Kasan, kinerja ekspor beberapa produk masih mengalami peningkatan, terutama produk manufaktur seperti otomotif, alas kaki, pakaian jadi, makanan olahan, dan beberapa produk lainnya. “kinerja ekspor pada tahun 2022 masih optimis dapat mendorong surplus neraca perdagangan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper