Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Harbour Energy di Blok Andaman II, Kementerian ESDM Buka Suara

Pemerintah melalui Kementerian ESDM menegaskn komitmen untuk Blok Andaman II
Pompa angguk di ladang minyak dan gas/Bloomberg-Andrey Rudakov
Pompa angguk di ladang minyak dan gas/Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta operator Blok Andaman II Premier Oil, bagian dari Harbour Energy Company, untuk makin gencar melakukan pemetaan atas potensi sumber daya gas pada wilayah kerja lepas pantai Aceh tersebut.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan kementeriannya berkomitmen untuk membantu menjaga keekonomian proyek selepas perusahaan induk operator blok itu mengumumkan temuan awal reservoir yang meleset dari ekspektasi perusahaan.

“Kami kan bantu mereka itu dari segi keekonomiannya itu tugas kita kalau dia keekonomiannya rendah kan kita bisa melihat dari internal rate of return-nya masih berapa begitu ya,” kata Tutuka saat ditemui Bisnis.com, belum lama ini.

Hanya saja, Tutuka mengatakan, penentuan keekonomian proyek Blok Andaman II itu masih terlalu dini untuk dilakukan. Menurut Tutuka, temuan awal ihwal karakteristik reservoir lewat pengeboran Sumur Timpan-1 belum dapat menggambarkan potensi cadangan gas serta biaya yang mesti dikeluarkan pada wilayah kerja tersebut.

“Kalau kita hitung keekonomian sekarang itu belum pada waktunya karena kita belum tahu ini kan luas sekali, misalnya kita butuh 10 sumur ini butuh beberapa tahun lagi,” kata dia.

Dengan demikian, dia meminta, operator untuk intensif melakukan evaluasi terhadap struktur bawah permukaan sumur eksplorasi sebelum masuk pada tahap pengembangan atau produksi lapangan lebih lanjut.

Uncertainty di sana itu harus banyak sumur sudah dipetakan, namanya kan penentuan status eksplorasi [PSE] baru bisa masuk ke PoD,” kata dia.

Berdasarkan pengujian awal, sumur Timpan-1 pada kedalaman air 4.245 kaki itu berhasil mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD).

Premier Oil Andaman Ltd. belakangan melakukan studi evaluasi post drill untuk menentukan langkah eksplorasi selanjutnya dalam usaha mengkomersialisasikan penemuan itu di lepas pantai cekungan Sumatera Utara.

Seperti diberitakan sebelumnya, Harbour Energy mengkhawatirkan karakteristik dari reservoir sumur eksplorasi Timpan-1 yang meleset dari perkiraan awal perusahaan. Pengumuman awal itu, oleh sebagian analis diperkirakan bakal mengungkit keekonomian proyek lantaran bebatuan yang terlalu rapat untuk mengangkut gas dari lapangan tersebut.

“Pada sisi yang lebih mengkhawatirkan, permeabilitas berada di bawah dari ekspektasi yang berarti kualitas dari reservoir pada lokasi itu tidak begitu baik seperti yang diharapkan,” kata CEO dan Direktur Harbour Energy Linda Zarda Cook pada keterangan finansial perusahaan pertengahan bulan lalu.

Linda mengatakan perusahaan bakal melakukan kegiatan seismik 3D pada bagian timur Blok Andaman II yang akan berlanjut pada upaya pengeboran dua hingga tiga sumur eksplorasi tahun depan.

“Dengan dukungan mitra, kami telah sepakat untuk melakukan seismik 3 D pada bagian timur Andaman II dan berupaya melanjutkan pengeboran dua hingga tiga sumur eksplorasi,” kata dia.

Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menyarankan pemerintah untuk mulai menyiapkan sejumlah paket insentif bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil, bagian dari Harbour Energy Company, menyusul laporan ihwal karakteristik reservoir pada sumur eksplorasi Timpan-1 yang jauh dari harapan pengelola blok Andaman II tersebut.

Menurut Moshe, laporan terkait dengan kualitas reservoir yang berada di bawah ekspektasi Harbour Energy itu berpotensi untuk menambah keekonomian proyek blok migas yang digadang-gadang memiliki potensi sumber daya atau potential resources gas mencapai 6 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TCF).

“Kalau bebatuan terlalu rapat berarti produksi makin sulit, sulit itu sama dengan biaya yang akan lebih mahal harus ada teknologi fracturing kalau permeability-nya terlalu kecil,” kata Moshe saat dihubungi, Rabu (31/8/2022).

Kekhawatiran soal reservoir itu, kata Moshe, belakangan bakal mengoreksi kembali biaya yang perlu dialokasikan KKKS untuk melakukan kegiatan produksi pada blok tersebut. Kendati, sejumlah blok yang terletak di lepas pantai Aceh itu belakangan kembali mendorong kepercayaan investor pada potensi cadangan Migas di Indonesia.

“Semua pasti arahnya pada aspek keekonomian, barangnya ada di dalam tetapi untuk ngambil barangnya itu terlalu mahal,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper