Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI: Modal Asing Keluar Indonesia US$600 Juta hingga 20 September

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan modal asing keluar dalam bentuk investasi portofolio senilai US$600 juta hingga 20 September 2022.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan dalam konferensi pers triwulanan KSSK di Jakarta, Senin (1/8/2022). Dok: Youtube Kemenkeu
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan dalam konferensi pers triwulanan KSSK di Jakarta, Senin (1/8/2022). Dok: Youtube Kemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih atau net outflow di pasar keuangan Indonesia sebesar US$600 juta.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan modal asing keluar dalam bentuk investasi portofolio 20 September 2022. Tekanan dari sisi arus modal asing, terutama dalam bentuk investasi portofolio, masih terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Investasi portofolio mencatat net outflow sebesar US$600 juta hingga 20 September 2022," ungkapnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (22/9/2022).

Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Agustus 2022 tercatat sebesar US$132,2 miliar, setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Lebih lanjut, Perry mengatakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah per 21 September 2022 terdepresiasi 1,03 persen (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022.

Perkembangan nilai tukar yang tetap terjaga tersebut ditopang oleh pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia.

"Nilai tukar Rupiah sampai dengan 21 September 2022 terdepresiasi 4,97 persen [ytd] dibandingkan dengan level akhir 2021," imbuhnya.

Perry menilai pergerakan nilai tukar Garuda relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 7,05 persen, Malaysia 8,51 persen, dan Thailand 10,07 persen.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper