Bisnis.com, JAKARTA - PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. (LRNA) menargetkan satu unit bus listrik segera mengaspal di BSD City pada awal Oktober 2022.
Sebelumnya emiten perusahaan bus itu memenangkan tender pengadaan dan pengoperasian bus medium bertenaga listrik dari Sinar Mas Land. Nilai investasi hasil tender itu sekitar Rp3,8 miliar untuk setiap bus medium dan prasarana pengisian baterainya.
"Lorena Transport Tbk. dan saya sebagai managing director sangat percaya bahwa electric bus is the future. Hal tersebut kami sudah buktikan dengan akan segera beroperasinya unit pertama bis listrik kami di Sinar Mas Land," ujar Managing Director Lorena dan Karina Transport Dwi Ryanta Soerbakti, Rabu (21/9/2022).
Sesuai kontrak, Lorena akan mengadakan sekaligus mengoperasikan bus listrik selama lima tahun. Perusahaan otobus itu sebelumnya sudah menjadi penyedia jasa transportasi di grup Sinar Mas Land sejak 2018.
Ke depan, Lorena menargetkan penambahan sekaligus pengoperasian sebanyak 20-25 unit bus listrik selama lima tahun tersebut.
Bus listrik yang akan dioperasikan oleh Lorena merupakan merek Skywell. Perusahaan asal China itu juga turut menyiapkan fasilitas pengisian baterai untuk bus listrik tersebut.
Baca Juga
Menurut Dwi Ryanta, ada banyak nilai plus dalam pengoperasian kendaraan listrik jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Misalnya, maintenance dinilai akan lebih sederhana. Apalagi, saat BBM subsidi saat ini sudah naik harganya.
"Tidak lagi repot dengan masalah ketersediaan BBM subsidi di daerah-daerah serta kebocoran-kebocoran operasional bisa ditekan karena tidak ada lagi penggunaan BBM," tuturnya.
Kendati demikian, upaya elektrifikasi tidak berarti memiliki sejumlah tantangan. Jalan menuju elektrifikasi angkutan bus, khususnya AKAP yang memiliki jarak tempuh di atas 300 km, dinilai masih panjang. Hal itu karena fasilitas pendukung kendaraan listrik yang masih minim dan terbatas di beberapa kota besar saja.
Kapasitas baterai untuk kendaraan listrik juga saat ini masih terbatas yakni untuk jarak tempuh sekitar 300 km.
Selain fasilitas sarana dan prasarana, investasi pengadaan kendaraan listrik dalam hal ini bus masih terlampu mahal. Dwi Ryanta menyebut harganya masih tiga sampai empat kali lipat dari pengadaan kendaraan berbahan bakar konvensional.