Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Properti China Reli, JPMorgan Wanti-Wanti

JPMorgan menganggap penguatan saham sektor properti di China berlebihan mengingat masih banyak tekanan yang menghantui sektor ini.
Pemandangan Shanghai, China dari atas./Bloomberg-Qilai Shen
Pemandangan Shanghai, China dari atas./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Reli saham properti di China dianggap berlebihan oleh perusahaan induk jasa keuangan asal Amerika Serikat (AS) JPMorgan Chase & Co. Hal ini karena sektor ini menghadapi pendapatan bulanan yang lemah, risiko investasi, dan lockdown akibat kebijakan zero Covid.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (16/9/2022), saham dan obligasi dolar dari emiten properti menguat pada Kamis (15/9/2022) di tengah laporan pejabat yang meningkatkan upaya untuk menahan kemerosotan sektor properti.

Indeks Real Estate CSI 300 naik hampir 20 persen dari level terendah Agustus karena ekspektasi bahwa langkah-langkah pelonggaran lebih lanjut akan diluncurkan di Kongres Partai Komunis yang digelar bulan depan.

Para analis di JPMorgan, termasuk Karl Chan, menulis dalam sebuah catatan pada Jumat (16/9/2022) bahwa mereka tidak yakin kalau reli ini akan berlanjut.

"Terlepas dari ekspektasi pelonggaran kebijakan, kami tidak berpikir reli ini bisa bertahan," tulis mereka, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (16/9/2022).

Di sisi lain, kewaspadaan JPMorgan bertentangan dengan Nomura Holdings Inc. Analis di Nomura termasuk Jizhou Dong optimistis di tengah harapan bahwa kebijakan pemerintah mengenai real estate akan lebih besar daripada lambatnya pemulihan penjualan.

Analis JPMorgan menyarankan agar investor menunggu waktu yang tepat sebelum masuk ke saham emiten pengembang pelat merah seperti China Overseas Land & Investment Ltd dan China Resources Land Ltd.

Menurut laporannya, JPMorgan menyarankan para investor untuk memasang strategi bila tidak ingin merugi. “Portofolio saham yang tertekan sebaiknya dijual pada saat rebound,” tulis mereka.

Meskipun banyak langkah untuk merangsang permintaan, tetapi harga rumah di China turun untuk bulan ke-12 berturut-turut pada Agustus. Indeks Pengembang Bloomberg turun 1,1 persen pada Jumat (16/9/2022) setelah naik hampir 3 persen di sesi sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper