Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adobe Akuisisi Startup Aplikasi Desain Figma Senilai Rp298,8 Triliun

Akuisisi Adobe terhadap Figma dilakukan untuk memenangkan konsumen dan bisnis kecil yang sulit dijangkau perusahaan beberapa tahun terakhir.
Tampilan Adobe Creative Cloud./Bloomberg
Tampilan Adobe Creative Cloud./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Adobe Systems Inc. menghabiskan US$20 miliar atau sekitar Rp298,9 triliun untuk mengakuisisi startup pengembang perangkat lunak desain Figma Inc. Hal ini dilakukan untuk memenangkan konsumen dan bisnis kecil yang sulit dijangkau perusahaan beberapa tahun terakhir.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (16/9/2022), saham Adobe mengalami hari terburuk sejak 2010. Namun, para pemimpin dari kedua perusahaan mengatakan kesepakatan itu menopang rencana mereka untuk masa depan.

Figma dinilai membantu mempercepat peningkatan pada aplikasi unggulan utama Adobe, khususnya daya tariknya bagi para profesional seni kreatif dan membantu menemukan pelanggan baru.

"Peluang pasar di sini sangat besar, ini adalah waktu yang tepat untuk membuat permainan itu," jelas Adobe Digital Media Chief Business Officer David Wadhwani.

Perusahaan baru seperti Figma, Lightricks Ltd. dan Canva Inc menawarkan lebih banyak layanan ramah konsumen, sehingga secara tidak langsung merusak dominasi Adobe di pasar perangkat lunak desain.

Pengembang aplikasi Photoshop mengandalkan akuisisi karena meningkatkan penjualan rata-rata sekitar 20 persen per tahun sejak 2015 menjadi sekitar $17 miliar, tetapi sebagian besar pembelian dilakukan di bisnis yang berdekatan atau sektor baru seperti pemasaran, e-commerce, dan analitik.

Analis Citigroup Tyler Radke menilai, fakta Adobe mengakuisisi salah satu pesaing perangkat lunak kreatifnya menunjukkan urgensi yang lebih kompetitif dan perubahan narasi yang signifikan dalam aktivitas merger dan akuisisi.

Meski demikian, Wadhwani mengatakan bahwa sahamnya anjlok 17 persen setelah kesepakatan diumumkan, valuasi Adobe turun ke level terendah April 2020, dan menjadikannya perusahaan dengan kinerja terburuk di indeks S&P 500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper