Bisnis.com, NUSA DUA — Lembaga think thank dan pusat penelitian penelitian dari berbagai belahan dunia memulai agenda The Think20 (T20) Summit di Nusa Dua, Bali, pada Senin (5/8/2022).
Agenda T20 Indonesia Summit 2022 berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 5 September 2022 — 6 September 2022 dengan mengusung tema 'Strengthening The Role Of The G20 To Navigate The Current Global Dynamics'.
Lead Co-Chair T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro menjelaskan bahwa T20 merupakan bagian dari G20 yang menyatukan lembaga think tank dan pusat penelitian terkemuka di seluruh dunia.
“T20 berfungsi sebagai bank ide G20 dan bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian kepada para pemimpin G20,” ujarnya dalam acara pembukaan di Nusa Dua, Bali, Senin (5/8/2022).
Bambang menjelaskan bahwa peran T20 menjadi semakin penting di tengah pemulihan ekonomi yang tidak merat, peningkatan ketidakseteraan, hingga gesekan global yang mendorong tindakan terkoordinasi global.
“Posisi T20 sangat penting dalam memastikan masalah yang ingin diselesaikan oleh para pemimpin G20 adalah yang terkait,” jelasnya.
Baca Juga
Bambang mengungkapkan kebijakan yang direkomendasikan oleh T20 dapat membekali para pemimpin G20 dengan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu penting. Hal ini ditopang analisisi akademis yang kuat serta rekomendasi yang harus diambil.
Lewat keluaran utama T20 Communique, lanjut dia, Presidensi Indonesia mendorong beberapa rekomendasi kepada para pemimpin G20 untuk segera melakukan upaya bersama untuk mencapai pemulihan yang inklusif dan lebih kuat, restrukturisasi arsitektur kesehatan global, memanfaatkan transformasi digital, mempercepat transisi energi berkelanjutan, serta membangun kerja sama yang lebih baik dan solid.
“Mengingat pentingnya peran yang dipegang oleh T20, Indonesia bertujuan untuk melanjutkan pekerjaan teladan Presidensi T20 saat ini dan sebelumnya di tahun mendatang. Bertepatan dengan 10 tahun berdirinya T20, Indonesia bermaksud untuk memberikan yang terbaik dalam memastikan objektivitas dan inklusivitas rekomendasi kebijakan,” paparnya.
Berangkat dari perkembangan terakhir, dia menilai menegakkan aspek inklusivitas dalam diskusi tingkat G20 bukanlah tugas yang mudah. Menurutnya, narasi seputar isu global masih didominasi oleh ‘Northern Voice’.
“Namun, negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah sama-sama terpengaruh oleh krisis saat ini seperti halnya negara-negara maju. Oleh karena itu, peningkatan perwakilan ‘Southern Voice’ sangat penting untuk memastikan narasi global yang dianggap adil dan dapat diterima oleh semua pemerintah dari semua negara,” jelasnya.
Bambang menyebut isu global seperti pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan transformasi digital membutuhkan tindakan kolektif. Selain itu, perlu dipastikan komitmen dari semua pemerintah dan pemangku kepentingan.