Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Diprediksi Tetap Menguat, Investor Masih Hati-Hati Ekspansi

Kegiatan pengeboran untuk menunjang torehan produksi minyak nasional belakangan kembali bergairah di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia.
Sejumlah pekerja melakukan perawatan sumur Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Sejumlah pekerja melakukan perawatan sumur Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) mengatakan investor masih berhati-hati untuk menaikkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) berkaitan dengan upaya intensifikasi eksplorasi dan eksploitasi blok Migas di tengah proyeksi harga minyak mentah yang akan tertahan tinggi hingga 2024.

“Biasanya investor selalu berasumsi harga stabil di posisi US$60 per barel hingga US$70 per barel jadi keputusan kita dihitung berdasarkan itu. Kalau harga naik sampai US$100 per barel itu bonus,” kata Moshe saat dihubungi, Selasa (30/8/2022).

Moshe menuturkan investasi yang belakangan mulai meningkat beberapa waktu terakhir disebabkan momentum pemulihan pascapandemi. Hanya saja, dia menampik, pergerakan investasi itu sebagian besar didorong oleh harga minyak mentah yang masih menguat hingga pertengahan tahun ini.

Di sisi lain, dia mengatakan, kegiatan pengeboran untuk menunjang torehan produksi nasional belakangan kembali bergairah di tengah momentum harga komoditas energi primer tersebut.

“Produksi untuk naik lagi butuh pengeboran, teknologi, uang, kuncinya Pertamina tidak bisa sendiri dia harus berpartner,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan harga minyak mentah dunia akan tetap berfluktuasi di kisaran US$100 per barel hingga 2024 mendatang. Situasi itu, kata Luhut, bakal memberatkan Indonesia yang mesti mengimpor 750.000 barel minyak setiap harinya untuk kebutuhan domestik.

“Dunia masih dihadapkan perang Rusia dan Ukraina harga minyak ini pun akan masih berfluktuasi di atas US$100 per barel dan itu akan berat buat kita dan seluruh dunia akan mengalami,” kata Luhut saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (30/8/2022).

Malahan, kata Luhut, sentimen penguatan harga minyak mentah itu belakangan turut dipengaruhi oleh ketatnya pasokan dari sejumlah produsen utama. Manuver itu diproyeksikan akan menahan harga minyak tetap di kisaran US$100 pada 2024 mendatang.

“Tadi misalnya cadangan minyak Amerika Serikat dikurangi 3 juta barel, cadangan strategisnya dan itu mengindikasikan ke market bahwa harga crude oil itu masih bisa naik ke depan,” tuturnya.

Berdasarkan proyeksi Kemenko Marves, harga minyak mentah jenis Brent akan tetap bertengger di posisi US$100 per barel hingga akhir 2022. Selanjutnya harga minyak mentah itu diperkirakan terkoreksi tipis ke angka US$92 per barel. Pada 2024 mendatang, harga minyak mentah Brent diproyeksikan berada di posisi US$80 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper