Bisnis.com, JAKARTA – Isu kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM memengaruhi berbagai pihak, tak terkecuali para pelaku usaha ritel yang juga bergantung pada bahan bakar dalam bisnisnya.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi mengungkapkan dengan adanya rencana pemerintah tersebut, salah satu langkah yang akan ditempuh peritel adalah melakukan efisiensi.
“Yang ritel lakukan kalau benar terjadi kenaikan, secara strategi bisnisnya tentu ritel akan lakukan efisiensi, dari sisi suplai, marketing, dan sales,” ujarnya, Senin (29/8/2022).
Melandainya pandemi Covid-19 telah mendorong masyarakat untuk kembali berbelanja melalui ritel. Bank Indonesia mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2022 sebesar 206,6 poin, atau tumbuh 4,1 persen year-on-year (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,9 persen (yoy).
Sementara dengan adanya rencana kenaikan BBM, ujar Fernando, justru akan menekan masyarakat untuk mengurangi kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar.
Fernando yang juga menjabat sebagai Head of Public Relation PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) mengungkapkan bahwa masyarakat akan secara otomatis mengurangi kegiatannya dalam menekan pengeluaran, apalagi di tengah kenaikan harga pangan.
Meski merasa keberatan, Fernando mewakili Aprindo mengatakan bahwa pada dasarnya pihaknya mendukung semua langkah pemerintah, namun perlu adanya dialog dan sosialisasi hingga subsidi bagi para pelaku usaha yang sudah tertekan akibat pandemi Covid-19, khususnya ritel.
“Satu sisi kita tentu mendukung kebijakan pemerintah, tetapi kan mungkin ada alternatif lain yang harus dipikirkan sehingga sosialisasi dahulu ke pengusaha. Setiap keputusan yang diambil berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, ini ritel kan hajat hidup orang banyak,” lanjutnya.