Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mematok target ekspor di kisaran US$11 miliar sampai dengan akhir tahun. Angka US$11 miliar itu jauh di bawah target pemerintah.
Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan besar kemungkinan nilai ekspor industri TPT turun hingga 40 persen, disumbangkan oleh garmen.
"Waktu pengusaha diskusi dengan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, pemain garmen bilang ada penurunan order hingga 40 persen sampai dengan akhir tahun ini," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (15/8/2022).
Redma menyebut penurunan jumlah order tersebut merupakan dampak dari masalah geopolitik di Eropa dan Asia selama beberapa waktu belakangan.
Paling realistis, sambungnya, ekspor TPT Indonesia pada paruh kedua tahun ini mentok di angka US$4 miliar. Pada semester I/2022, Afsyfi mencatat nilai ekspor TPT Indonesia mencapai US$7 miliar.
"Jadi, paling realistis ekspor TPT tahun ini US$11 miliar. Kecuali, tensi politik global akibat perang Rusia-Ukraina dan eskalasi politik antara China dan Taiwan turun," ujarnya.
Sebagai informasi, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mematok target ekspor TPT nasional tahun ini di kisaran US$13 miliar hingga US$14 miliar.
Penurunan jumlah permintaan yang rutin datang dari Amerika Serikat, China, serta negara-negara di kawasan Eropa Barat menjadi permasalahan yang mesti dicarikan obatnya, baik oleh pemerintah maupun pelaku industri.
Dengan demikian, ada peluang ekspor TPT bisa lebih tinggi dari nilai realistis US$11 miliar. Kendati untuk bisa merealisasikan target pemerintah yang mencapai US$14 miliar adalah tugas yang sangat berat.