Bisnis.com, JAKARTA — Laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang melampaui ekspektasi diperkirakan akan mendorong kenaikan suku bunga the Fed lebih agresif untuk menahan permintaan dan kenaikan inflasi.
Pengusaha AS tercatat menambah sebanyak 528.000 lapangan kerja dan tingkat pengangguran turun ke level terendah lima dekade di 3,5 persen, tingkat upah pun tumbuh dengan cepat.
"Kabar baiknya orang bisa mendapatkan pekerjaan, kabar buruknya inflasi tetap terlalu tinggi dan prioritas utama kami adalah menurunkannya," kata Presiden Fed San Francisco Mary Daly melansir Bloomberg, Sabtu (6/8/2022).
Sejumlah data tersebut mendorong Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan bulan depan.
Momentum yang kuat ini juga menunjukkan bank sentral AS perlu mempertahankan suku bunga yang tinggi lebih lama, bertentangan dengan ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga pada 2023.
Pada konferensi pers pekan lalu, Ketua Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa kenaikan suku bunga lanjutan dimungkinkan pada pertemuan September, namun kenaikan di mendatang akan tergantung pada data.
Baca Juga
Data pekerjaan yang dirilis pada Jumat (5/8/2022), meskipun penting, namun hanya salah satu dari empat laporan utama yang akan menentukan keputusan FOMC bulan depan, masih ada data inflasi yang akan dirilis pada 10 Agustus 2022.
“Jika sampai pada September dengan situasi seperti sekarang ini - dan jika itu besar - 75 basis poin dan sinyal risiko 75 basis poin lagi, itulah yang akan Anda lihat," kata Chief Economic Adviser untuk Allianz SE dan Bloomberg Opinion Contributor Mohamed El-Erian.
Salah satu pendiri MacroPolicy Perspectives LLC dan mantan ekonom the Fed Julia Coronado mengatakan pada akhirnya data inflasi, yang juga dapat dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas dan perbaikan rantai pasokan, yang akan menentukan langkah pada September.