Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gak Cuma Perbankan, Krisis Properti China Juga Ancam Industri Baja

Dalam jangka pendek, kendala utama untuk industri baja adalah proyek properti yang belum selesai di tengah gelombang boikot KPR baru-baru ini.
Industri baja/Bisnis.com
Industri baja/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Industri baja China menghadapi situasi genting karena memburuknya krisis properti dapat membahayakan permintaan dan model pertumbuhan yang dipimpin oleh sektor konstruksi.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (2/8/2022), hampir sepertiga dari pabrik baja China dapat mengalami kebangkrutan dalam tekanan yang kemungkinan akan berlangsung selama lima tahun.

“Seluruh sektor kehilangan uang dan saya tidak dapat melihat titik balik untuk saat ini,” kata Li Ganpo, pendiri sekaligus ketua Hebei Jingye Steel Group.

Krisis real-estate telah menggelembung tahun ini sehingga menelan pengembang ke bank dan memaksa Beijing untuk melunakkan ambisi pertumbuhannya.

Pabrik baja yang menghasilkan lebih dari satu miliar ton tahun lalu — sekitar setengah dari produksi global — sangat rentan terhadap kemerosotan yang juga memukul harga bijih besi dan penambang dari Australia hingga Brasil.

Setelah lebih dari satu tahun mengalami kerugian properti, prospek pun semakin memburuk karena pemerintah menolak dana talangan besar-besaran dan mempertahankan aturan utang yang ketat. Indeks Manajer Pembelian (PMI) baja di bulan Juli jatuh ke angka terendah sejak 2008, dan Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan permintaan turun 5 persen tahun ini.

Padahal, sektor properti memiliki peran dalam menyumbang setidaknya sepertiga dari permintaan baja China.

Di luar krisis saat ini, industri baja menghadapi tantangan besar karena model pertumbuhan yang menopang ekonomi China selama beberapa dekade menunjukkan tanda-tanda ketegangan.

Presiden China Xi Jinping terlihat enggan untuk menerapkan tingkat belanja infrastruktur dan stimulus keuangan yang menghidupkan kembali sektor ini setelah krisis keuangan yang hebat dan penurunan pasar properti pada 2015-2016.

Leland Miller, Chief Executive Officer (CEO) China Beige Book International, mengatakan kondisi saat ini benar-benar berbeda dari sebelumnya.

“Dengan real estate kehilangan perannya sebagai pendorong pertumbuhan utama, komoditas primer seperti baja tidak lagi mendapat manfaat dari akses kredit tanpa batas,” ungkapnya.

Dalam jangka pendek, kendala utama untuk baja adalah proyek properti yang belum selesai di tengah gelombang boikot KPR baru-baru ini. Harga baja konstruksi juga telah jatuh, dengan Reinforced Bar (batang baja yang memperkuat beton) jatuh ke level terendah dua tahun minggu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper