Bisnis.com, JAKARTA- Direktur PT ABM Investama Tbk. (ABMM) Adrian Erlangga menyebut pasokan seluruh permintaan alat berat di perseroan pada semester I/2022 mengalami penundaan.
Menurut Adrian, penundaan tersebut masih merupakan efek kejut dari kenaikan permintaan akibat lonjakan kebutuhan baru bara dunia, sehingga diperlukan waktu lebih untuk memproduksi alat berat.
"Dengan demikian, pada semester pertama seluruh permintaan alat berat tertunda," kata Adrian kepada Bisnis baru-baru ini.
Dia menjelaskan secara garis besar permintaan terhadap alat berat akibat lonjakan kebutuhan baru bara, terutama dari negara di Eropa, naik lebih dari 2 kali lipat dari periode yang sama tahun lalu, yakni semester I/2021.
Kondisi tersebut, sambungnya, sangat berpengaruh bagi ABMM yang memerlukan komponen-komponen alat berat. Sebab, komponen-komponen alat berat di Tanah Air seluruhnya harus diimpor.
Sebelumnya, ABMM memperkirakan pengadaan alat berat perusahaan meningkat 20 persen dari kapasitas normal tahunan sebanyak 650 unit tahun ini. Dengan demikian, perusahaan melakukan pengadaan alat berat sebanyak 780 unit tahun ini.
Baca Juga
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Etot Listyono memperkirakan impor alat berat Indonesia tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan 2022.
Kenaikan impor alat berat diprediksi naik sekitar 15 persen dari tahun lalu seiring dengan peningkatan kebutuhan pasar alat berat dalam negeri dari 14.500 unit pada 2021 menjadi 20.000 unit tahun ini.
Dengan jumlah produksi di dalam negeri 10.000 unit, ujarnya, maka 10.000 unit lainnya akan diimpor.
Menurut data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), kapasitas produksi alat berat di Indonesia sekitar 10.000 unit per tahun. Tahun lalu, RI tercatat memiliki kapasitas produksi sekitar 6.000 unit.
*Perubahan Judul dari Sebelumnya "Induk Usaha Trakindo, ABMM Sebut Inden Alat Berat Makin Panjang" terkait dengan klarifikasi yang disampaikan perusahaan pada Minggu (30/7/2022)