Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral di Asean Diperkirakan Kerek Suku Bunga di Semester II, Bagaimana dengan BI?

Analis memaparkan perekonomian di Asean masih dalam tahap awal bangkit dari pandemi. Selain itu, inflasi yang mulai merangkak di Asean masih lebih rendah daripada inflasi di AS dan Eropa.
Tampak depan Gedung Monetary Authority of Singapore/ Bloomberg-Ore Huiying
Tampak depan Gedung Monetary Authority of Singapore/ Bloomberg-Ore Huiying

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral negara-negara Asia Tenggara mulai mengerek suku bunga acuan pada paruh kedua tahun ini, meskipun tidak sejalan dengan langkah agresif bank sentral AS Federal Reserve (The Fed).

Dalam risetnya, Oxford Economics memaparkan perekonomian di Asean masih dalam tahap awal bangkit dari pandemi, dengan kesenjangan output negatif yang masih besar meskipun mulai menyempit.

Lead Economist Oxford Economics Sian Fenner mengatakan langkah pengetatan bank sentral Asean yang agresif dapat menahan laju pemulihan ini. Selain itu, inflasi yang mulai merangkak di Asean masih lebih rendah daripada inflasi di AS dan Eropa.

“Dengan pulihnya permintaan di Asean, guncangan pasokan yang masih ada, dan tekanan inflasi yang meningkat, kami tidak berpikir bahwa semua bank sentral Asean dapat membiarkan mata uang mereka terus melemah,” ungkap Sian dalam risetnya.

Oleh sebab itu, Sian memperkirakan Filipina dan Thailand akan mempercepat laju kenaikan suku bunga acuan mengingat dampak besar dari melemahnya mata uang terhadap inflasi makanan dan bahan bakar di sana.

Di sisi lain, Dia mengatakan bahwa dorongan perdagangan yang kuat dan langkah-langkah administratif telah membatasi perlunya Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank Indonesia (BI) untuk mengambil langkan kenaikan suku bunga secara agresif.

“Tetapi karena permintaan domestik terus normal, kami memperkirakan BNM akan menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin, mengikuti kenaikan 50 basis poin sebelumnya, menjadi 2,5 persen pada akhir 2022,” ungkapnya.

Sian memperkirakan BI akan memulai siklus kenaikan suku bunga pada kuartal III/2022 seiring dengan inflasi yang masih di atas kisaran target selama semester II/2022.

“Kami memperkirakan total kenaikan suku bunga hingga 75 basis poin selama paruh kedua tahun 2022, yang akan memberikan dukungan bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” pungkasnya.

Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) bulan ini.

“Kita prediksi ada kemungkinan BI7DRR [BI-7 Days Reverse Repo Rate] naik 25 basis poin ke 3,75 persen di RDG Juli 2022,” katanya kepada Bisnis, Selasa (19/7/2022).

Menurutnya, salah satu penyebab kenaikan tersebut, yakni laju inflasi domestik yang diperkirakan masih akan melanjutkan peningkatan yang tinggi pada Juli 2022.

Di samping itu, dia menilai rupiah diperkirakan masih akan terus mengalami tekanan, sejalan dengan langkah The Fed yang diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga pada pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper