Bisnis.com, MANADO - Sulawesi Utara tak ubahnya seperti daerah-daerah di Indonesia yang mengandalkan pariwisata. Potensi pariwisata yang melimpah membuat pertumbuhan ekonomi di sana tersokong oleh sektor ini. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memang tengah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan perekonomian wilayahnya pada 2022.
Ekonomi sektor ini dinilai memiliki potensi yang sangat baik karena wilayah ini memiliki banyak sumber daya yang mumpuni. Tinggal bagaimana terobosan untuk mendatangkan investor agar pengelolaan menjadi semakin baik. Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulut mencatat perekonomian di wilayah ini pada Triwulan I/2022 tumbuh positif sebesar 3,86% secara tahunan (year-onyear/YoY).
Kinerja ini ditopang oleh membaiknya aktivitas sosial ekonomi masyarakat pasca dicabutnya kebijakan pembatasan jam operasional serta relaksasi aturan perjalanan. Kebijakan tersebut memberi pengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan di provinsi ini, terutama wisatawan mancanegara (wisman) yang pada Mei 2022 tercatat sebanyak 843 orang via Bandara Sam Ratulangi. Bahkan, total sebanyak 3.852 wisman telah datang pada periode Januari hingga Mei 2022. Capaian ini menjadikan Sulut sebagai provinsi dengan kunjungan wisman terbanyak di Pulau Sulawesi.
Fakta ini tentu bukan hal yang kebetulan, karena Sulut sendiri saat ini dikenal memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang tengah dikembangkan dan masuk ke dalam 5 destinasi superprioritas. KEK Likupang memiliki keunggulan di sektor pariwisata bertema resort dan wisata budaya (cultural tourism) yang didukung oleh berbagai keindahan yang ditawarkan oleh pantai serta Wallace Conservation Center. Manado sebagai Ibu Kota Sulut pun memiliki berkah berkat pengembangan KEK Likupang.
Apalagi Tol Manado-Bitung akan disambungkan ke Kawasan KEK Likupang di Minahasa Utara. Hal ini bakal membuat para pelancong bisa mengeksplorasi pariwisata Sulut dari Manado. Salah satu yang paling potensial dalam mendukung pariwisata di Sulut tentu saja adalah Kawasan Megamas Manado.
Di kawasan ini ada hotel, pusat kuliner, hingga tempat wisata itu sendiri. Kawasan Megamas merupakan tempat nongkrong populer anak muda Sulut saat ini. Pasalnya, kawasan ini merupakan salah satu pusat perekonomian di Kota Manado.
Kawasan ini juga berbatasan langsung dengan Teluk Manado. Panorama ini yang membuat pemandangan Megamas begitu nyaman dinikmati. Wisatawan bisa menikmati pemandangan Teluk Manado, Pulau Bunaken, dan Gunung Manado Tua sambil nongkrong di kafe, rumah makan, maupun food truck yang menyajikan makanan khas Sulut.
Jika tak ingin mengeluarkan banyak biaya, wisatawan juga masih bisa nongkrong gratis di pesisir Kawasan Megamas. Managing Director Megasurya Nusalestari Irawan Handoko mengatakan, Kawasan Megamas terkenal sebagai kawasan dengan pandangan sunset terbaik. Meski dikenal sebagai kawasan bisnis dan pusat belanja, namun wisatawan bisa menikmati pemandangan matahari terbenam yang sangat menawan disini.
“Cukup datang ke area tepian dari kawasan ini, maka akan langsung disuguhkan pemandangan pantai Bunaken yang menakjubkan,” kata Irawan belum lama ini.
Dari segi infrastruktur, beberapa hotel juga telah tersedia di kawasan ini. Para wisatawan yang ingin menginap pun tak perlu khawatir. Fasilitas ini tentu menjadi pendukung pariwisata yang sangat baik. Pihak Megamas juga masih gencar membangun infrastruktur yang lebih memadai. Director of Operations Megasurya Nusalestari Amelia Tungka mengatakan jika ada investor yang ingin membangun infrastruktur lagi, maka hal itu akan sangat didukungnya.
Apalagi ia menyadari, pembangunan infrastruktur yang mampu mendukung pariwisata akan lebih cepat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Sulut. Di area Megamas kini ada tersedia lahan yang bisa dimanfaatkan oleh para investor. Amelia menjelaskan, lahan di areanya ini bisa saja digunakan sebagai mix used, yaitu untuk apartemen, mal, convention hall, dan hotel. Menurutnya, area tersebut bisa menjadi satu paket private resort area tersendiri seperti di Bali. Apalagi di sana juga bisa dijadikan area watersports ataupun wisata air.
“Lahan area kami sudah siap bangun dengan luasan kurang lebih 3,7 hektare. Di mana bila ada investor yang akhirnya berjodoh, bisa langsung bangun setelah mengurus segala perizinan,” ungkap Amelia.
Beberapa keunggulan area tersebut bisa dilihat dari pemandangan lautnya yang menampilkan sea view 270 derajat. Selain itu areanya berada di tengah kota yang tentu sangat strategis bisa dijangkau oleh siapapun. Area ini bisa menjadi area private yang didukung dengan berbagai tenant makanan dan minuman di sekitarnya. Sajian makanan dan minuman di lokasi Megamas mulai dari makanan lokal sampai nasional pun ada.
“Di kawasan kami, area parkiran luas dan memadai,” ujarnya.
Kawasan Megamas, juga populer sebagai kawasan bisnis khusus kuliner dan berbagai wisata kuliner yang disajikan. Ada berbagai macam hidangan kuliner lokal hingga mancanegara. Uniknya, berbagai tenant di lokasi ini juga dizonasi untuk makanan halal dan nonhalal.
Tentu hal ini sebagai cermin keberagaman serta memberikan informasi yang jelas bagi setiap pengunjung yang datang, terutama masyarakat muslim yang ingin berwisata kuliner di sana. Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey berhasil memasukkan wilayahnya ke dalam daerah yang menerapkan Visa-onArrival (VoA).
Kini sebanyak 72 negara siap masuk dan mengunjungi Sulut tanpa proses administrasi yang panjang. Negara tersebut adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belanda, Belarusia, Belgia, Brasil, Brunei Darussalam, Bosnia Herzegovina, Bulgaria, Ceko, Denmark, Estonia, Filipina, Finlandia, Hongkong, Hungaria, India, Inggris, Irlandia, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Kroasia, Kuwait, Laos, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Mesir, dan Malaysia. Selain itu termasuk Malta, Maroko, Mexico, Myanmar, Norwegia, Oman, Prancis, Peru, Holandia, Portugal, Qatar, Rumania, Rusia, Selandia Baru, Serbia, Seychelles, Singapura, Siprus, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor Leste, Tiongkok, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Ukraina, Vietnam, Yordania serta Yunani.
“Kami yakin hal ini bakal menambah kunjungan wisman ke sini. Jadi kita harap, dengan adanya bebas visa bisa menggairahkan kembali sektor pariwisata,” jelas Olly.
Upaya ini tentu akan menjadikan Sulut dan Manado sebagai daerah utama kunjungan pariwisata di Pulau Sulawesi. Dukungan pemerintah dan para pemgembang di sana begitu padu dalam pengembangan sektor ini.
“Ke depan kita akan perbanyak FGD untuk pendidikan bagi pelaku ekonomi dengan melibatkan stakeholder terkait,” katanya.