Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebut proyeksi ekspor batu bara di semester II tahun ini tidak mudah karena bergantung terhadap faktor cuaca dan permintaan pasar global.
Badan Pusat Statistik mencatat pesanan batu bara dari Indonesia ke Eropa mengalami peningkatan yang signifikan dari kuartal I/2022 yang hanya US$78,4 juta menjadi US$191,2 juta pada kuartal II/2022.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan peningkatan tersebut ke depan akan dipengaruhi kuat oleh dinamika geopolitik, seperti misalnya hubungan dagang Australia dan China atau bahkan dinamika konflik antara Rusia dan Ukraina.
“Selain itu, ada juga faktor cuaca, ketersediaan alat-alat berat, dan tentu saja faktor eksternal seperti dinamika geopolitik. Hal itu jadi pengaruh kunci ekspor batu bara ke depan,” kata Hendra kepada Bisnis, Sabtu (16/7/2022).
Hendra mengatakan selama ini Indonesia masih bergantung ekspor kepada negara maju. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir ekspor batu bara Indonesia sekitar 98 persen ke negara-negara Asia Pasifik.
“Bisa dikatakan stabil, meski tentu saja kadang turun kadang naik tapi overall masih dapat dikategorikan stabil,” ucapnya.
Mengacu data BPS, Indonesia kebanjiran pesanan batu bara dari negara-negara Eropa, khususnya negara-negara Eropa yang harus menderita krisis energi akibat seretnya suplai bahan baku untuk pembangkit listrik.
Jika dirinci, nilai ekspor batu bara ke negara-negara Eropa seperti Italia mencapai US$ 111,70 juta, kemudian Belanda mencapai US$79,20 juta, Polandia mencapai US$43,20 juta dan Swiss mencapai US$15,50 juta. Neraca perdagangan Indonesia selama semester I/2022 pun berhasil meraup US$ 24,89 miliar.