Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Peningkatan Kilang Minyak, Energy Watch Sorot Iklim Investasi Belum Menarik

Penyederhanaan izin investasi pada sektor pengilangan minyak itu menjadi krusial di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi beban impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG.
Kilang Cilacap. Penyederhanaan izin investasi pada sektor pengilangan minyak itu menjadi krusial di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi beban impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG./Istimewa-Pertamina
Kilang Cilacap. Penyederhanaan izin investasi pada sektor pengilangan minyak itu menjadi krusial di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi beban impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG./Istimewa-Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan meminta pemerintah untuk serius memperbaiki iklim investasi pada sektor pengilangan minyak dalam negeri di tengah momentum kenaikan harga minyak mentah dunia yang masih tertahan tinggi hingga pertengahan tahun ini.

Menurut Mamit, penyederhanaan izin investasi pada sektor pengilangan minyak itu menjadi krusial di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi beban impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG yang terlanjur lebar pada tahun ini.

“Salah satu upayanya dengan peningkatan kemampuan kilang kita, saya kira Pertamina tetap dalam upaya mencari partner,” kata Mamit saat dihubungi, Senin (11/7/2022).

Mamit mengatakan terdapat sejumlah isu krusial yang belakangan masih menjadi penghambat modal asing ikut mendanai proyek kilang di dalam negeri. Misalkan, dia mencontohkan, isu terkait dengan bagi hasil serta jenis minyak mentah atau bahan baku yang digunakan saat pengilangan.

“Kadang-kadang investor itu misalnya dari Rusia maunya ambil minyak dari Rusia ga mau ambil dari tempat lain, seperti Aramco dahulu yang sempat ingin investasi,” tuturnya.

Dengan demikian, dia mengatakan, pemerintah perlu mencari jalan keluar terkait dengan kendala yang belakangan masih mengganjal iklim investasi pada industri pengolahan minyak mentah tersebut.

Tingginya harga minyak di pasar global menjadi momentum pemerintah untuk mengevaluasi proyek kilang di dalam negeri, apalagi Pertamina baru saja melakukan penyesuaian harga BBM dan LPG nonsubsidi. Kebijakan ini dilakukan di tengah depresiasi rupiah sehingga berisiko mengerek nilai impor BBM dan LPG.

PT Pertamina (Persero) membutuhkan dana investasi senilai US$40 miliar atau sekitar Rp569,44 triliun (kurs Rp14.236 per dolar Amerika Serikat) untuk bisa menyelesaikan proyek-proyek kilang yang tengah dijalankan.

Dalam portofolio bisnisnya, terdapat 14 proyek kilang yang ditargetkan rampung hingga 2027 mendatang.

Direktur Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional Joko Widi Wijayanto mengatakan bahwa proyek-proyek kilang Pertamina rencananya akan meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 1,5 juta barel per hari dari kapasitas saat ini sekitar 1 juta barel per hari.

Proyek itu juga akan meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dari kemampuan saat ini yang hanya 729.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper