Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pertalite Ditahan Rp7.650, Jokowi: Jangan Tepuk Tangan!

Presiden Jokowi mengatakan di Indonesia harga Pertalite masih di harga Rp7.650 per liter lantaran pemerintah masih melakukan subsidi melalui APBN.
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat memimpin rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat memimpin rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah menjaga harga BBM jenis Pertalite tetap Rp7.650 meski harga minyak mentah dunia terus naik.

Dia menjabarkan bahwa sebelum pandemi Covid-19 harga minyak mentah dunia hanya US$60 per barel, sedangkan saat ini sudah meningkat pesat hingga US$110 - US$120 per barel.

"Sudah dua kali lipat hati-hati. Negara kita ini masih kita tahan untuk tidak menaikkan harga BBM yang namanya Pertalite," kata Jokowi dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 tahun 2022, Kamis (7/7/2022).

Lebih lanjut, Jokowi membandingkan harga Pertalite dengan harga BBM di luar negeri yang sudah melambung hingga diangka Rp31.000 per liter, seperti di Jerman dan Singapura yang harga BBM menembus Rp31.000 per liter dan Thailand yang mencapai Rp 20.000 per liter.

Sementara itu, dia melanjutkan di Indonesia sendiri harga Pertalite masih di harga Rp7.650 per liter lantaran pemerintah masih melakukan subsidi melalui APBN terhadap BBM jenis penugasan tersebut.

"Jangan tepuk tangan dulu, ini kita masih kuat dan kita berdoa supaya APBN tetap masih kuat ber subsidi. Kalau sudah tidak kuat, mau gimana lagi? ya kan. kalau BBM naik ada yang setuju? Engga? Pasti semua tidak setuju," katanya.

Jokowi melanjutkan, di Indonesia pemerintah masih menahan untuk tidak menaikkan harga BBM khususnya Jenis BBM Penugasan (JBKP) seperti Pertalite yang saat ini harganya masih Rp7.650 per liter.

Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan importir BBM terbesar. Dia menyebut, kebutuhan akan konsumsi BBM di Indonesia mencapai 1,5 juta barel minyak, sedangkan impornya adalah setengah dari jumlah konsumsi tersebut.

"Artinya apa? kalau harga di luar naik kita harus bayar lebih banyak. Supaya kita ngerti masalah ini, gas juga sama, internasional sudah naik 5 kali, padahal gas kita impor gede banget," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper