Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Lifting Minyak Diturunkan, Energy Watch Ingatkan Risikonya

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengingatkan dampak dari langkah pemerintah menurunkan target lifting minyak pada RAPBN 2023 ke angka 660.000-680.000 barel per hari.
Fasilitas produksi Pertamina Hulu Mahakam. Istimewa/SKK Migas
Fasilitas produksi Pertamina Hulu Mahakam. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai negatif langkah pemerintah bersama dengan legislatif menurunkan target lifting minyak pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2023 ke angka 660.000-680.000 barel per hari.

Mamit menerangkan langkah itu bakal berdampak serius pada kinerja perdagangan domestik dan beban subsidi energi yang mesti ditanggung PT Pertamina (Persero) saat permintaan bahan bakar minyak (BBM) kembali rebound tahun depan.

“Saat perekonomian kembali normal kebutuhan energi terutama BBM bisa meningkat 1,2 juta sampai 1,3 juta, kalau produksi hanya 600.000 saja maka kita akan impor sebesar 600.000 sampai 700.000 barel setiap harinya,” kata Mamit saat dihubungi, Senin (4/7/2022).

Lebarnya potensi defisit neraca perdagangan hulu Migas itu, kata Mamit, bakal berdampak pada penurunan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sementara itu, potensi inflasi ikut terkerek akibat harga keekonomian BBM impor yang sudah terlanjur tinggi pada tahun ini.

Di sisi lain, penurunan target produksi minyak bumi yang cukup lebar itu juga bakal ikut mengoreksi potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor hulu Migas. Menurutnya, situasi itu bakal ikut berdampak pada serapan tenaga kerja dan industri penunjang hulu migas nasional.

“Penerimaan negara akan berkurang dengan adanya penurunan target lifting dan berdampak pada belanja negara terkait dengan subsidi ini akan bermasalah ke depan,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah bersama dengan DPR sepakat menurunkan target lifting minyak pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2023 ke angka 660.000-680.000 barel per hari. Manuver itu diambil setelah realisasi lifting hingga paruh pertama tahun ini jauh dari target yang ditetapkan pada APBN 2022 sebesar 703.000 barel per hari.

Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan kesepakatan itu berasal dari upaya penyesuaian asumsi makro pada sektor hulu Migas terkait dengan kinerja lifting minyak bumi yang jauh dari target tahun ini. Kendati demikian, target lifting gas bumi tetap diharapkan tinggi tahun depan dengan target di angka 1.050 hingga 1.150 ribu barel setara minyak per hari.

“Lifting di APBN kita yang lalu kita tetapkan 703.000 barel per hari tetapi tidak sampai tampaknya, outlooknya saja hanya 630 ribu barel per hari,” kata Sugeng dalam Energy Corner, Senin (4/7/2022).

Rencanannya kesepakatan yang tertuang pada RAPBN 2023 itu bakal disahkan pada agenda sidang tahunan pada Agustus 2022 mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper