Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Angkat Bicara soal Anjloknya Produksi Migas di Indonesia

Pemerintah dan DPR sepakat untuk menurunkan target lifting minyak pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2023 ke angka 660.000 - 680.000 barel per hari.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menilai manuver pemerintah bersama legislatif untuk menurunkan target lifting minyak pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2023 ke angka 660.000 - 680.000 barel per hari disebabkan karena seretnya investasi di sektor hulu minyak dan gas (Migas) nasional tahun ini.

Langkah itu diambil setelah realisasi lifting hingga paruh pertama tahun ini jauh dari target yang ditetapkan pada APBN 2022 sebesar 703.000 barel per hari.

“Mayoritas lapangan-lapangan kita sudah tua dan membutuhkan biaya Capex yang tidak kecil, juga membutuhkan teknologi yang tidak murah untuk hanya meningkatkan produksi yang sudah tua,” kata Moshe saat dihubungi, Senin (4/7/2022).

Moshe menambahkan lebih dari 60 persen porsi produksi Migas nasional dipegang oleh PT Pertamina (Persero). Hanya saja, dia mengatakan, perusahaan pelat merah belakangan tengah mendapat tekanan soal arus kas yang ketat akibat kewajiban memasok bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di tengah reli kenaikan harga minyak mentah dunia.

“Pertamina saat ini juga mendapat banyak tekanan, terutama dalam menahan kenaikan harga BBM dalam negeri, sehingga arus kas mereka sangat ketat,” tuturnya.

Kendati harga minyak mentah sedang tinggi, tapi dia menekankan bahwa sebagian besar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) belakangan masih mempelajari sejumlah faktor ekonomi global yang masih cenderung fluktuatif. Situasi itu, kata dia, turut membuat aliran investasi tertahan pada sektor hulu Migas dalam negeri.

“Hal ini menyebabkan investor menahan diri dulu sementara untuk investasi di proyek-proyek beresiko tinggi, salah satunya eksplorasi Migas,” ujarnya.

Berdasarkan data milik Kementerian Keuangan per Juli 2022, realisasi lifting minyak bumi baru di angka 605.000 barel per hari pada paruh pertama tahun ini. Torehan itu terpaut jauh dari target yang ditetapkan di angka 703.000 barel per hari pada APBN 2022.

Sementara itu, realisasi lifting gas berada di angka 962.000 barel setara minyak per hari atau masih berada di bawah target yang ditetapkan pada APBN 2022 sebesar 1.03 juta barel setara minyak per hari.

Kemenkeu melaporkan realisasi lifting Migas bakal cenderung mendekati batas bawah target akibat terjadinya unplanned shutdown pada beberapa lapangan migas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper