Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kena Krisis Gas, Jerman dan Austria Terpaksa Kembali Aktifkan Pembangkit Listrik Batu Bara

Jerman mengumumkan kebijakan untuk memanaskan pembangkit listrik bertenaga fosil atau batu bara yang menandakan kemunduran terhadap upaya Eropa untuk mengatasi perubahan iklim.
Jaringan pipa gas/Bloomberg
Jaringan pipa gas/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Jerman dan Austria memilih untuk kembali menggunakan bahan bakar berbasis batu bara untuk menjamin pasokan gas setelah Rusia memangkas alirannya ke negara Eropa.

Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck mengumumkan kebijakan untuk memanaskan pembangkit listrik bertenaga fosil yang menandakan kemunduran terhadap upaya Eropa untuk mengatasi perubahan iklim.

Salah satu isi paket kebijakan yang diumumkan pada Minggu itu termasuk insentif bagi industri untuk mengurangi konsumsi.

Pemerintah juga akan menawarkan pinjaman yang akan difasilitasi oleh bank KfW yang menjamin injeksi gas pada penyimpanan.

"Keamanan pasokan saat ini masih terjaga. Namun, situasi menjadi serius. Konsumsi gas akan turun lebih jauh, perlu lebih banyak gas masuk fasilitas penyimpanan, jika tidak situasinya akan semakin ketat pada musim dingin," ujar Habeck seperti dikutip Bloomberg pada Senin (20/6/2022).

Selain Jerman, Austria juga telah mengumumkan pembukaan kembali pembangkit listrik batu bara yang sebelumnya telah ditutup, seperti dilaporkan oleh Deutsche Welle.

Pemerintah akan menggandeng penyedia listrik utama di negara itu, Verbund untuk membuka kembali fasilitas tersebut.

Pembangkit yang berlokasi di kota selatan Mellach di negara bagian Styria itu akan memakan beberapa bulan untuk dibuka kembali.

Konsumen energi terbesar di Eropa seperti Jerman dan Italia mulai merasakan pemangkasan aliran gas dari Rusia pada pekan lalu yang dapat mengancam kelangkaan bahan bakar bagi industri dan ketersediaan pemanas untuk rumah tangga.

Beberapa perusahaan di Jerman seperti Uniper SE mengatakan menerima pasokan yang lebih kecil dari kesepakatan setelah aliran pipa Nord Stream dipangkas 60 persen.

Komisi Eropa menuduh Rusia memanfaatkan energi untuk melakukan pemerasan. Selain kurangnya pasokan, tindakan Rusia juga semakin memicu kenaikan harga energi yang sudah tinggi karena inflasi,

Jerman sudah mulai mengurangi kontribusi Rusia untuk pasokan energinya sejak invasi ke Ukraina dimulai pada Februari lalu.

Perlu diketahui, Rusia berkontribusi untuk pasokan gas Jerman hingga 35 kebutuhan nasional.

"Ini jelas merupakan strategi Putin untuk membuat kami gelisah, menaikkan harga, dan memecah belah kami. Kami tidak akan membiarkan itu terjadi," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper