Bisnis.com, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI telah menandatangani nota kesepahaman terkait dengan PT Transportasi Jakarta atau yang dikenal dengan Transjakarta termasuk dalam potensi berintegrasi secara korporasi.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan saat ini keduabelah pihak memiliki bisnis transportasi yang berbeda. KAI dengan usaha transportasi berbasis rel sementara trans Jakarta merupakan sarana berbasis darat. Didiek menjelaskan kedua belah pihak memiliki esensi untuk pertama yakni mengintegrasikan antarmoda.
“Selain itu, dalam proses integrasi, ada potensi-potensi untuk integrasi secara korporasi. Nanti akan kami lakukan kajian-kajian. Terakhir atau ketiga untuk penegmbangan kawasan yang sifatnya Transit Oriented Development [TOD],” ujarnya, Rabu (15/6/2022).
Pada 2019 atau sebelum pandemi, paparnya, KAI bisa mengangkut sekitar 429 juta penumpang. Sementara itu, Trans Jakarta bisa melayani sebanyak 122 juta penumpang. Menurutnya, dengan basis data yang ada tersebut, potensi dan dampak yang dihasilkan oleh kedua belah pihak dalam mengintegrasikan antar moda akan besar.
Belum lagi, KAI juga memilik anak usaha PT KAI Commuter yang mengoperasikan KRL di Jabodetabek. Setiap harinya KAI Commuter dapat mengangkut hingga 1,2 juta penumpang pra pandemi.
Sekarang ini, setelah pandemi, KAI Comuter dapat mengangkut mencapai 600.00-700.000 penumpang. Didik pun mneilai integrasi yang ada dengan Transjakarta diharapkan bisa mneghadirkan kemudahan bertarnsportasi bagi masyarakat.
Baca Juga
“Harapannya juga lebih banyak yang menggunakan transportasi massal dan mengurangi polusi. Kami harapkan tindak lanjut dengan langkah-langkah dari Trans Jakarta,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama Trans Jakarta M. Yana Aditya menyampaikan antara KAI Dengan Trans Jakarta telah memiliki kesepahaman untuk mengintegrasikan kedua perusahaan. Mulai dari intermoda agar bisa daling mendukung di seluruh sektor infrastruktur.
“Misalnya paling gampang di setiap stasiun kereta api di Jakarta bisa memberikan jalur atau koridor baru mendukung pelanggan yang turun di stasiun,” terangnya.
Kemudian potensi kedua, sebutnya adalah melakukan kajian kerja sama korporasi terkait dengan operator bus apabila KAI tertarik. Potemsi ketiga adalah kerja sama di bidang TOD. Penandatangan nota kesepahaman pun menjadi langkah awal untuk ditindaklanjuti baik oleh KAI maupun Trans Jakarta selama 6 bulan mendatang agar bisa menghasilkan output.