Bisnis.com, JAKARTA - Virus corona sempat membuat kinerja keuangan Garuda semakin tertekan karena jumlah penumpang berkurang secara drastis.
Pada 2020 dan 2021 menjadi tahun terberat buat semua maskapai baik nasional maupun internasional. Baru sedikit bernapas lega setelah melalui dua tahun pandem, ketidakpastian kembali muncul pada akhir Februari 2022. Keputusan Rusia menginvasi Ukraina menimbulkan ketidakpastian global bertambah.
Untuk bisa bangkit dari badai lanjutan ini, hal paling utama dalam upaya pemulihan Garuda Indonesia adalah memastikan maskapai telah berada pada jalur yang benar dan cepat berdasarkan dari keputusan bisnis yang dibuat, serta bagaimana perseroan memperoleh dukungan yang diperlukannya.
Senyatanya, dukungan politik telah berhasil diperoleh. Melalui rapat kerja Panitia Kerja (Panja) Penyelamatan Garuda pada Komisi VI DPR RI menyetujui Garuda Indonesia diberikan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun dari pemerintah. Namun demikian, masih ada pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan, karena PMN tersebut akan dicairkan hanya jika Garuda berhasil mencapai kesepakatan damai dengan kreditur dalam skema Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Penyelesaian melalui skema PKPU menawarkan banyak kelebihan seperti memberikan kepastian hukum yang mengikat bagi semua kreditur Garuda, dan memberikan perseroan kemampuan dalam penuntasan atau negosiasi ulang perjanjian sewa yang memberatkan.
Secara operasional, Garuda Indonesia Grup termasuk Citilink dan GMF Aeroasia berkomitmen merencanakan, mengeksekusi secara efektif, dan melakukan implementasi rencana perbaikan kondisi keuangan perusahaan. Inisiatif yang meliputi optimalisasi keuntungan berupa optimalisasi rute domestik dan internasional yang menguntungkan melalui pengembangan produk dan penguatan harga yang bersaing ini, tentunya patut didukung.
Baca Juga
Selain itu, ada keputusan sulit harus ditempuh misalnya menutup rute yang merugi dan fokus terhadap rute dengan volume penumpang yang banyak dan rute menguntungkan. Dari sisi manajemen arus kas, renegosiasi kontrak pesawat, menunda kedatangan pesawat baru dan mempercepat redelivery pesawat yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi dua pihak, Garuda dan lessors. Ketiga wilayah kerja bersama antara Garuda dan Citilink menjadi kunci sukses arah yang tepat bagi perbaikan (recovery).
Trafik Meningkat
Seperti sudah diduga, trafik meningkat tajam. Garuda Indonesia dan Citilink melayani lebih dari 45.000 penumpang pesawat dengan total sebanyak lebih dari 320 penerbangan pada akhir April lalu seiring mudik lebaran. Peningkatan penumpang ini mencapai lebih dari 60% dibandingkan awal mudik.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam momentum tersebut juga turun tangan langsung ke lapangan dan membantu tim operasi Garuda di bandara Soekarno-Hatta.
Manajemen maskapai, baik Garuda maupun Citilink, diperkirakan secara bertahap akan menambah fleet sampai 2026. Walaupun, komposisi armada pesawat dan jumlahnya dapat tergantung banyak faktor termasuk negosiasi dengan lessor serta kehati-hatian dalam keputusan pengadaan armada menjadi hal yang terpenting.
Perpanjangan PKPU terakhir pada Juni ini agar dapat mengadopsi variasi kepentingan yang berbeda-beda. Misalnya sebagian lessor perlu diselesaikan nilai tunggakan sewa pesawat, nilai lease pesawat ke depannya, dan terpenting menghadirkan kepercayaan pada rencana bisnis Garuda Indonesia masa mendatang.
Pihak lain menginginkan entitas bisnisnya memperoleh pembayaran dalam bentuk kreditor preferen ketimbang berupa konversi saham. Kreditor preferen berupa pembayaran kepada kreditor yang didahulukan oleh karena memiliki piutang yang khusus. Pembayaran kepada kreditor preferen tetap dilakukan secara bertahap, sesuai kemampuan keuangan perusahaan.
Dari berbagai variasi kepentingan yang harus didiskusikan dalam proses PKPU, kehadiran investor strategis dengan komitmen jangka panjang bagi transformasi bisnis Garuda Indonesia tetap diperlukan. Investor strategis dapat menjadi mitra terpenting bagi pemangku kepentingan Garuda Group, yang sedang intensif dan berada pada jalur yang tepat dalam melakukan transformasi bisnisnya.