Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terungkap! Ternyata Ini Penyebab Inflasi di Amerika (AS) Meroket

Terungkap! Ternyata ini penyebab inflasi di Amerika Serikat (AS) meroket hingga 8,6 persen (yoy) pada Mei 2022.
Ternyata Ini Penyebab Inflasi di AS Meroket hingga 8,6 persen pada Mei 2022/The Verge
Ternyata Ini Penyebab Inflasi di AS Meroket hingga 8,6 persen pada Mei 2022/The Verge

Bisnis.com, JAKARTA – Angka Inflasi Amerika Serikat (AS) dilaporkan terus meroket hingga 8,6 persen (year-on-year/yoy) pada Mei 2022.

Informasi meroketnya angka inflasi AS pertama kali diumumkan pada Jum’at (10/6/2022) oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Saking dahsyatnya, inflasi ini digadang-gadang jadi inflasi tertinggi yang pernah terjadi di Amerika sejak 1981.

Untuk diketahui, tarif listrik dan beberapa sumber energi lainnya naik 3,9 persen pada Mei 2022. Sementara itu, harga bensin melonjak 4,1 persen dan biaya makanan naik 1,2 persen.

Lantas, apa penyebab inflasi di AS meroket hingga 8,6 persen?

Kepala ekonom di Comerica Bank Bill Adams mengatakan bahwa inflasi ini diduga dipicu oleh perang Rusia vs Ukraina yang terjadi sejak akhir Februari 2022.

"Inflasi tetap tinggi di Amerika Serikat, mencerminkan kekurangan pangan dan energi global yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, sehingga berdampak pada tingginya harga di dalam negeri seperti harga rumah, sewa, dan perawatan medis," katanya seperti dikutip dari US News, Senin (13/6/2022).

Direktur Prakiraan Global di Economist Intelligence Unit Agathe Demarais juga menyatakan hal yang serupa. Dia menilai bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina membawa tren inflasi terus meningkat.

“Perang di Ukraina telah berdampak pada komoditas dan membuat tren inflasi semakin buruk,” tutur Agathe.

Lantas, akankah inflasi ini membawa Amerika ke jurang resesi?

Kendati jadi inflasi tertinggi selama 4 dekade belakangan, Agathe Demarais berasumsi bahwa inflasi ini belum akan menyeret negara adidaya itu terjun ke jurang resesi. Dirinya masih meyakini bahwa Amerika memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen pada tahun ini.

"Apakah kita sedang menuju resesi di AS? Sejauh ini kami tidak melihat itu. Perkiraan kami adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen tahun ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden sempat menampik isu inflasi yang melanda negaranya. Awalnya, Biden mengatakan bahwa inflasi yang sudah terjadi sejak tahun lalu itu hanya akan berlangsung "sementara" yang merupakan akibat dari gangguan pada ekonomi global yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Nyatanya, inflasi terbukti masih eksis hingga saat ini terutama pada harga sektor energi dan pangan yang sangat terpengaruh oleh perang Rusia vs Ukraina.

Di tengah stabilitas inflasi tersebut, Bank Sentral Eropa pada hari Kamis (9/6/2022) mengumumkan rencana untuk menaikkan suku bunga pada bulan Juli 2022.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa juga memperkirakan bahwa inflasi akan turun menjadi 3,5 persen pada 2023 dan 2,1 persen pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper