Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Larangan Impor Bahan Bakar Rusia Bakal Pangkas Produksi 18 Persen

Energy Information Administration (EIA) mengatakan produksi bahan bakar cair Rusia diperkirakan mencapai 9,3 juta barel per hari pada kuartal IV/2023 dari 11,3 juta pada kuartal pertama tahun ini.
Fasilitas produksi minyak Rusia di Vankorskoye, Siberia. /Antara-Reuters
Fasilitas produksi minyak Rusia di Vankorskoye, Siberia. /Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Larangan impor minyak melalui jalur laut (seaborne) dari Rusia diperkirakan akan diikuti dengan berkurangnya produksi dari negara tersebut hingga 18 persen pada akhir tahun depan.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (8/6/2022), Energy Information Administration (EIA) mengatakan produksi bahan bakar cair Rusia diperkirakan mencapai 9,3 juta barel per hari pada kuartal IV/2023 dari 11,3 juta pada kuartal pertama tahun ini.

Hal itu berdasarkan asumsi kebijakan larangan Uni Eropa diterapkan dalam 6 bulan ke depan dan larangan produk bahan bakar dalam 8 bulan. Sanksi itu juga mencakup larangan penggunaan layanan asuransi pengiriman.

Kelangkaan pasokan telah mengerek harga minyak hingga lebih dari US$100 per barel sejak perang di Ukraina pecah, yang diikuti dengan lonjakan harga bahan bakar eceran ke rekor tertinggi.

EIA mengatakan kemungkinan adanya sanksi tambahan akan semakin mengikis produksi minyak Rusia sehingga menimbulkan risiko besar pada harga minyak.

Seperti diberitakan sebelumnya, Uni Eropa telah mengizinkan paket sanksi baru untuk menutup minyak dari Rusia dengan embargo parsial yang akan berlaku pada akhir 2022.

Hungaria, Slovakia, dan Republik Ceko dikecualikan dari paket sanksi ini karena ketergantungan besarnya pada pasokan dari Rusia.

Sementara itu, OPEC dan sekutunya sepakat meningkatkan produksi minyak mentah di tengah lonjakan permintaan global, tetapi gagal menekan kontribusi dari Rusia, meskipun negara itu masih melakukan invasi ke Ukraina.

Menteri yang mewakili 13 anggota OPEC dan 10 produsen non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia, atau dikenal dengan OPEC+, menyatakan bahwa mereka akan meningkatkan produksi hampir 650.000 barel per hari pada bulan Juli dan Agustus. Angka itu hampir dua pertiga lebih banyak dari kenaikan yang direncanakan sebelumnya sekitar 400.000 barel sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper