Bisnis.com, JAKARTA- Realisasi rencana penurunan bea masuk bahan baku plastik dari Uni Emirat Arab (UEA) dinilai bisa mengubah kalkulasi bisnis para investor yang sudah menanamkan modal di industri petrokimia di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan bea masuk yang lebih murah memungkinkan UEA melipatgandakan ekspor bahan baku plastiknya ke Tanah Air.
Dengan bea masuk yang lebih murah, sambungnya, UEA berpotensi menambah volume ekspor bahan baku plastiknya ke Indonesia hingga 50 persen dari 17.000 ton per bulan menjadi 25.000 ton per bulan dengan harga yang sama, sekitar US$1.350 - 1500 per ton.
Dengan kata lain, bahan baku plastik dari UEA akan membanjiri pasar dalam negeri yang sedang dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi lokal.
"Ini mengubah kalkulasi [bisnis] para investor yang sudah menanamkan modalnya di industri petrokimia di Indonesia," ujar Fajar kepada Bisnis, Rabu (8/6/2022).
Dia menjelaskan, saat ini ada investasi senilai US$36 miliar untuk membangun fasilitas produksi bahan baku plastik. Sejumlah investor yang terlibat dalam investasi tersebut, di antaranya Pertamina Petrochemicals, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. [TPIA], dan PT Lotte Chemical Indonesia.
Baca Juga
Dari nilai total investasi itu, senilai ratusan juta dolar disebut sudah digelontorkan untuk membangun sejumlah fasilitas di industri petrokimia. Pertamina Petrochemicals menargetkan fasilitas tersebut mulai berproduksi pada awal 2024 atau 2025. Sementara itu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. dan PT Lotte Chemical Indonesia menargetkan mulai berproduksi pada 2026.
Fajar menambahkan investasi senilai US$36 miliar tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan fasilitas industri petrokimia di sejumlah lokasi, yakni Anyer, Cilegon, Tuban, Gresik, Balongan, Indramayu, Cilacap, dan Balikpapan.