Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai rencana merger BTN Syariah dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) nantinya malah akan melemahkan sektor perumahan yang telah menjadi fokus utama BTN Syariah.
Ketua HIPMI Syariah Ibnu Riyanto berpendapat, BTN Syariah selama ini sangat fokus berperan membantu pemerintah dalam sektor perumahan, salah satunya dalam menyalurkan KPR FLPP atau subsidi kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Menurutnya, tak dapat dipungkiri apabila sebagian besar penjualan sektor perumahan membutuhkan dukungan sektor perbankan. Melalui pembiayaan kredit, baik KPR ataupun KPA.
“Selama ini BSI tidak fokus dalam hal pembiayaan perumahan, dikhawatirkan dengan penggabungan ini sektor perumahan tidak bergerak secara masif akibat belum siapnya BSI secara sistem dan program," kata Ibnu dalam keterangan resminya, Senin (6/6/2022).
Ibnu menambahkan merger BTN Syariah ke BSI secara siklus bisnis pun akan menjadi tidak sehat. Pasalnya, dengan bergabungnya sebagian besar bank syariah maka akan menjadikan tidak adanya kompetitor dalam lingkup perbankan syariah yang mengakibatkan lambatnya lingkungan bisnis, baik dari segi produk maupun kebijakan.
Untuk itu, pemerintah harus mampu melihat dari kacamata nasabah yang merasa tidak memiliki banyak pilihan perbankan syariah. Di samping itu, BSI masih memiliki pekerjaan rumah besar yang belum terselesaikan yakni, meningkatkan kontribusi bank syariah terhadap perekonomian di Indonesia dan juga meningkatkan produktivitas industri halal di Indonesia yang saat ini belum masuk lima besar.
“Saya sebagai developer mengalami sendiri ketidaksiapan sistem perbankan BSI dalam sektor pembiayaan perumahan. Dengan proses pengajuan pembiayaan yang sangat lama cukup menghambat proses konsumen dalam mewujudkan rumah impiannya," ungkapnya.