Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uang Beredar Tumbuh 13,6 Persen pada April, Efek Mudik Lebaran?

Posisi M2 pada April 2022 mencapai Rp7.911,3 triliun.
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Abdullah Azzam
Petugas menata tumpukan uang rupiah./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami peningkatan pada April 2022. Momentum menjelang mudik lebaran pada pengujung bulan lalu terindikasi sebagai salah satu pendorong.

Posisi M2 pada April 2022 mencapai Rp7.911,3 triliun, atau tumbuh 13,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Maret 2022 yang tercatat sebesar 13,3 persen yoy.

“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan komponen M1 [dalam arti sempit] dan surat berharga selain saham,” tulis BI dalam laporan Analisis Uang Beredar, Minggu (29/5/2022).

M1, yang terdiri dari uang kartal di luar bank umum dan BPR, giro rupiah dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu memang tumbuh sebesar 20,8 persen yoy. Kenaikan ini lebih tinggi dari performa bulan sebelumnya yang meningkat 18,7 persen yoy.

Peredaran uang kartal pada April 2021 tercatat sebesar Rp896,3 triliun, atau tumbuh 22,3 persen yoy, didorong oleh meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang libur panjang dan perayaan Idulfitri.

Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 48,5 persen terhadap M1, tumbuh 15,9 persen yoy pada April 2022.

Sementara itu, pertumbuhan giro rupiah menunjukkan perlambatan dari 28,8 persen yoy pada Maret 2022 menjadi 28,0 persen yoy pada April 2022.

Komponen surat berharga selain saham tercatat tumbuh 59,3 persen yoy, sejalan dengan meningkatnya kewajiban akseptasi bank terhadap sektor swasta domestik, sertifikat deposito dan obligasi dengan jatuh tempo di bawah 1 tahun.

Uang kuasi, dengan pangsa 42,5 persen dari M2, tumbuh melambat sebesar 5,0 persen yoy, terutama disebabkan oleh perlambatan komponen simpanan berjangka lainnya dan giro valas, masing-masing menjadi sebesar 1,5 persen yoy dan 17,2 persen yoy.

Perlambatan simpanan berjangka diindikasikan sejalan dengan rendahnya suku bunga yang ditawarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper