Bisnis.com, JAKARTA - Qatar mencatatkan lonjakan ekspor gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG). Dampak perang Rusia-Ukraina yang berujung adanya sanksi sejumlah negara menjadi salah satu pemicu.
Dilansir dari Bloomberg Minggu (29/5/2022), ekspor pada April 2020 mencapai nilai 43,5 miliar riyal atau US$11,9 miliar. Nominal ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan setahun yang lalu (year on year/yoy) yang mentok senilai 21 miliar riyal (US$5,7 miliar). Dengan demikian, Qatar membukukan perdagangan surplus senilai 34,2 miliar riyal (US$9,4 miliar) per April.
Negara di Eropa berupaya mencari alternatif penjual gas untuk meninggalkan pasokan dari Rusia yang menjadi penyedia terbesar di kawasan itu, terutama setelah perang di Ukraina pecah.
Impor LNG dari Qatar dan Amerika Serikat, eksportir terbesar di dunia menjadi solusi kunci dari permasalahan tersebut.
Sejumlah pejabat senior Eropa, termasuk Perwakilan Tingkat Tinggi Uni Eropa Josep Borrell dan Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck telah berkunjung ke Qatar pada beberapa bulan yang lalu untuk membicarakan pasokan gas.
Sejauh ini, China menjadi pembeli LNG terbesar dari Qatar per April senilai 6,6 miliar riyal (US$1,8 miliar), lalu diikuti India dan Jepang.