Bisnis.com, JAKARTA - Penutupan keran ekspor komoditas pangan di sejumlah negara di Asia seperti India dan Malaysia telah meningkatkan kekhawatiran keamanan pasokan hingga bahaya inflasi.
Dilansir Bloomberg pada Sabtu (28/5/2022), India akan melarang ekspor gula untuk mengamankan pasokan domestik. Hal ini menyusul sikap proteksionisme terhadap larangan ekspor gandum sebelumnya.
Negara ini menjadi eksportir gula terbesar di dunia setelah Brasil pada tahun lalu. Pelanggan utamanya kebanyakan berasal dari Bangladesh, Indonesia, Malaysia dan Dubai.
Perkiraan laba eksportir global seperti Wilmar International Ltd. yang terdaftar di Singapura dan WH Group Ltd. Hong Kong akan naik. Namun, jaringan pembuat donat populer Krispy Kreme Inc. mungkin terkena dampak dari kenaikan harga gandum.
Wakil Kepala Riset Global Asia HSBC Holdings Plc., Frederic Neumann mengatakan produsen di negara yang tidak menerapkan pembatasan ekspor mendapatkan kekuatan harga di pasar global.
“Produsen pertanian dari ekonomi maju seperti Australia, Kanada, atau AS cenderung tidak menghadapi pembatasan ekspor langsung, memberi mereka keunggulan dibandingkan pesaing dari pasar yang lebih mengintervensi," ungkap Neumann.
Baca Juga
Sementara itu, negara Asia termasuk Thailand yang menjadi eksportir gula, ayam, dan beras mungkin akan diuntungkan sepanjang panen pada tahun ini setelah kemarau panjang.
Adapun Malaysia baru saja mengumumkan larangan ekspor ayam, sehingga menyebabkan kekhawatiran di Singapura yang mengonsumsi sepertiga pasokannya.
Ketatnya pasokan pangan di Asia juga ditambah dari pembatasan penjualan minyak sawit oleh Indonesia.
Invasi Rusia ke Ukraina dan lockdown di China menjadi krisis ganda yang menyentak dunia yang dalam masa pemulihan. Hal itu ditambah dengan inflasi yang memburuk dan melukai pertumbuhan, menurut penelitian baru dari Bloomberg Economics.