Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Bandingkan Inflasi Tertinggi dalam 40 Tahun di Negara Maju dan Berkembang

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa laju inflasi di negara maju dan berkembang sama-sama meroket tajam.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat inflasi di banyak negara mengalami lonjakan yang sangat signifikan, bahkan mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa lonjakan inflasi terutama didorong oleh konflik antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga barang, khususnya pada komoditas energi dan pangan, yang keduanya sangat menentukan daya beli masyarakat seluruh dunia.

Kenaikan harga tersebut dapat terlihat pada komoditas gas alam yang mencapai 125,8 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd), harga batu bara meningkat 166 persen, harga minyak mentah brent naik 45,7 persen , dan CPO naik 20,9 persen ytd.

Di samping itu, komoditas gandum, jagung, dan kedelai juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 55,6 persen, 31,6 persen, dan kedelai 28,1 persen ytd.

“Akibatnya, inflasi di berbagai negara naik karena banyak negara tidak melakukan shock absorber, artinya kenaikan ini langsung dirasakan rakyatnya sehingga masyarakat di negara tersebut menghadapi inflasi yang melonjak tinggi,” katanya dalam konferensi pers virtual, Senin (23/5/2022).

Sri Mulyani memaparkan, tingkat inflasi di Brazil telah mencapai 12,1 persen pada April 2022. “Rusia karena ada sanksi di 17,8 persen, Amerika Serikat 8,3 persen, Inggris di 9 persen, ini semua adalah indikator inflasi tertinggi dalam 40 terakhir di negara maju,” jelasnya.

Sementara itu, tingkat inflasi di negara emerging markets juga mencatatkan kenaikan inflasi yang tinggi, misalnya India sebesar 7,8 persen, Korea Selatan 4,8 persen, dan Mexico mencapai 7,7 persen.

Dengan perkembangan inflasi yang melonjak tersebut, kenaikan suku bunga acuan di banyak negara juga mulai mengikuti, terutama di negara emerging markets.

Sementara di Amerika Serikat (AS) dan Inggris, kenaikan suku bunga acuan kedua negara itu mulai meningkat, namun masih jauh di bawah tingkat inflasi.

Meski demikian, dikhawatirkan suku bunga acuan di AS juga akan naik tinggi jika inflasi di negara itu tidak terkendali.

“Eropa yang selama ini 0 persen dengan inflasi 7,4, sudah ada tanda-tanda mereka akan mulai melakukan kenaikan suku bunga,” kata Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper