Bisnis.com, JAKARTA – Larangan ekspor refined, bleached, deodorized (RBD) palm olein yang akan mulai berlaku 28 April 2022, dikhawatirkan meluas ke penyetopan pengapalan CPO jika bahan baku minyak goreng domestik tak kunjung dalam posisi aman.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan bersamaan dengan penerapan larangan terbatas tersebut, pemerintah juga mengawasi aliran ekspor CPO dan red palm oil (RPO).
"CPO dan RPO tetap diawasi. Apabila ternyata ini juga kurang untuk bahan baku RBD palm olein, maka ini juga bisa dilakukan pelarangan ekspor," kata Eddy kepada Bisnis, Selasa (26/4/2022).
Gapki mencatat produksi CPO sepanjang tahun lalu sebesar 46,88 juta ton. Dari jumlah tersebut, yang mengalir ke pasar ekspor sebesar 26,9 juta ton dengan nilai US$28,52 miliar. Adapun, khusus untuk RBD palm olein, ekspornya tercatat sebesar 12,73 juta senilai US$13,40 miliar.
Larangan terbatas ekspor produk CPO ini sudah pernah berlaku pada awal 2022 melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.2/2022 tentang perubahan atas Permendag No.19/2021 tentang kebijakan pengaturan ekspor.
Dalam beleid tersebut, ada sembilan kode HS produk CPO dan minyak jelantah yang harus mengantongi persetujuan ekspor (PE) untuk dikapalkan ke luar negeri. Sebaliknya, dalam kebijakan terbaru ini, hanya ada tiga kode HS yang dilarang ekspornya.
Eddy mengatakan benang kusut permasalahan minyak goreng sebenarnya terletak pada distribusi yang perlu dievaluasi dan dibenahi.
"Termasuk statement Mendag di DPR bahwa hasil DMO [domestic market obligation] dan DPO [domestic price obligation] dalam waktu 23 hari tercapai 415 juta liter untuk kebutuhan lokal 320 juta liter. Artinya secara produksi, waktu itu cukup. Pertanyaannya kok barangnya tidak ada," jelas Eddy.
Masalah distribusi ini, lanjut Eddy, perlu melibatkan Bulog dengan jaringan yang sangat luas.
Data Gapki bulan ini menunjukkan total produksi CPO hingga Februari 2022 mencapai 8,06 juta ton. Adapun, produksi pada Februari saja mencapai 3,50 juta ton, turun dari capaian pada Januari sebesar 3,86 juta ton.
Dari jumlah tersebut, total konsumsi lokal sebesar 2,88 juta ton, terdiri atas 1,08 juta ton untuk pangan, 361 ton oleokimia, dan 1,44 juta ton biodiesel. Sedangkan ekspor kumulatif hingga Februari 2022 mencapai 4,27 juta ton, terdiri atas 90 ton CPO, 3,38 juta ton olahan CPO, 4 ton CPKO, 174 ton olahan CPKO, 10 ton biodiesel, dan 614 ton oleokimia.