Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor CPO dan Minyak Goreng Dilarang, Harga Bisa Langsung Turun?

Kementerian Perdagangan mengatakan pemerintah saat ini tengah fokus menggodok kebijakan tindak lanjut larangan ekspor minyak goreng dan CPO.
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan belum bisa memastikan larangan mengekspor minyak goreng dan Crude Palm Oil (CPO) bisa menurunkan harga komoditas tersebut di pasaran.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono mengatakan pemerintah saat ini tengah fokus menggodok kebijakan tindak lanjut dari arahan Presiden Jokowi itu.

Dia mengatakan tindak lanjut dari arahan Jokowi tersebut masih digodok dengan melibatkan sejumlah instansi penting seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, dan Polri.

"Inikan kami lagi usaha semua. Ini lagi digodok dalam rapat dengan beberapa menteri dan instansi soal tindak lanjut arahan Presiden [Jokowi] seperti apa," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (24/4/2022).

Sebagai informasi, pembahasan kebijakan yang akan dijadikan sebagai tindak lanjut arahan Jokowi yang melarang ekspor minyak goreng dan CPO untuk sementara dilaksanakan hari ini.

Veri memperkirakan keputusan atas pembahasan tersebut akan diumumkan pada Kamis, 28 April 2022.

Selain itu, Kemendag juga belum bisa memperkirakan dampak larangan ekspor minyak goreng dan CPO tersebut terhadap neraca dagang RI.

Perlu diketahui, langkah tegas pemerintah mengendalikan harga dan pasokan minyak goreng melalui larangan eskpor minyak goreng dan CPO menyimpan risiko lain, mulai dari serapan tandan buah segar (TBS) petani yang rendah hingga kinerja ekspor yang turun.  

Pasokan minyak goreng dalam negeri sebetulnya sudah melimpah. Justru karena larangan ekspor, petani terkena dampak karena tidak bisa menjual tandan buah segarnya lebih lanjut untuk memenuhi permintaan ekspor.

Di sisi lain, harga input di hulu sudah tinggi, mulai dari pupuk hingga biaya energi karena imbas perang Rusia-Ukraina sehingga sulit menurunkan harga produk hilir, seperti minyak goreng.

Sementara itu, berdasarkan pantauan di sejumlah pasar, harga minyak goreng sawit bersubsidi tetap tinggi karena besarnya disparitas harga dengan minyak goreng nonsubsidi.

Harga rata-rata minyak goreng curah secara nasional cenderung masih tinggi, sekitar Rp17.000 per liter. Adapun, berdasarkan data info pangan Jakarta, harga minyak goreng curah Rp19.200 per liter.   

Di global, harga CPO dan minyak nabati lainnya makin membubung karena pasokan makin ketat jika Indonesia melarang ekspor CPO. Indonesia selama ini memasok sekitar 30,5 juta ton CPO atau sekitar 35,6 persen minyak nabati global.

Di sisi ekspor, pengapalan CPO ke luar negeri yang selama ini menyumbang devisa paling besar akan merosot kendati belum dapat dipastikan berapa lama larangan ekspor berlaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper