Bisnis.com, JAKARTA – Siap atau tidak, perkembangan metaverse yang begitu pesat harus dihadapi. Bahkan, perkembangan metaverse membuat kita perlu mendefinisikan ulang konsep properti yang telah dikenal sebelumnya.
Di dalam ruang virtual metaverse, orang dapat bersosialisasi, bersenang-senang, bekerja, dan memiliki properti.
Dari sini timbul pertanyaan, bisakah metaverse menghadirkan nilai nyata bagi penghuni dan investor properti? Menurut Managing Director Occupier Services Colliers Asia, Abhishek Bajpai, jawabannya adalah ya.
“Metaverse akan bangkit. Itu hampir pasti. Arah pasti yang akan diambil masih belum ditentukan, tetapi kemungkinannya masif,” ujar Bajpai dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Selasa (19/04/2022).
Dengan nama-nama seperti The Sandbox dan SuperWorld, komunitas virtual memanggil investor, pengembang, penghuni, dan seluruh generasi digital native yang tumbuh dengan menghuni gim online yang dipenuhi avatar seperti Minecraft dan Roblox. Terlepas dari konsep yang baru lahir, Metaverse berada di puncak untuk mengobarkan revolusi properti dengan penjualan tanah virtual melebihi US$500 juta pada 2021 dan diperkirakan berlipat ganda pada 2022.
Ada banyak bisnis yang juga ingin memahami apa manfaat metaverse untuk kegiatan operasional mereka dan bagaimana hal itu dapat dimanfaatkan dengan baik. Pasalnya, properti virtual relatif mudah untuk dibuat, dimodifikasi, dan diperbarui.
Baca Juga
Head of Valuation & Advisory Services Colliers Asia Hannah Jeong menyebutkan pengembang, tuan tanah, dan penghuni dapat menjelajahi metaverse untuk melengkapi penawaran mereka di dunia nyata.
“Adanya Metaverse memberi manfaat besar bagi pasar properti, karena dapat menawarkan beragam pilihan bagi calon pembeli potensial dan membantu mereka dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang valid,“ jelas Jeong.
Risiko privasi dan keamanan siber juga ada di metaverse, yang, untuk saat ini, belum memiliki regulasi. Fakta bahwa cryptocurrency banyak digunakan dalam transaksi di metaverse menyebabkan isu volatilitas dan masalah keberlanjutan mengingat daya komputasi dan konsumsi energi yang besar yang mereka butuhkan.
Namun, Jeong mencatat regulator dan entitas swasta di Asia Pasifik dan di negara lain telah berupaya untuk mengatasi tantangan ini.
“Banyak negara memperhatikan masalah ini dengan cermat, dan mencoba mengatur pasar kripto dan mengubah perilaku pasar. Komunitas cryptocurrency juga menyusun rencana untuk mengurangi jejak karbon mereka dan menjadi lebih ramah ESG,” kata Jeong.
Pada tahun-tahun mendatang, kombinasi kemajuan teknologi di bidang teknologi informasi seperti 5G, VR, kecerdasan buatan dan blockchain, serta kebangkitan generasi digital native, akan mendorong metaverse menjadi pasar utama properti. Ini berarti setiap pemain industri properti harus merumuskan strategi metaverse.
“Ada banyak peluang di metaverse. Itulah mengapa kami benar-benar fokus untuk membangun kemampuan penasihat teknis kami, sehingga kami dapat menjelaskan kepada klien keuntungan dan tantangan, dan membimbing mereka melalui proses jika mereka memutuskan untuk mengambil risiko,” papar Bajpai.
Meskipun metaverse tidak akan pernah menggantikan aset dunia nyata, Colliers melihatnya semakin mampu mengembangkan sinergi dengan dunia fisik dan mendukung solusi dan model bisnis baru yang menarik bagi pemilik, penghuni, dan investor.
“Metaverse akan mendorong pasar properti di masa mendatang dan membawa lebih banyak kreativitas ke dunia - terutama karena lebih banyak potensi risiko yang dikurangi dan kami memiliki platform yang lebih stabil,” pungkas Jeong.