Bisnis.com, JAKARTA - DBS Group Holdings memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini sebesar 50 basis poin menjadi 4,8 persen akibat lockdown Covid-19 yang memukul konsumsi dan rantai pasok.
Dilansir Bloomberg pada Senin (18/4/2022), ekonom senior DBS Nathan Chow mengatakan People's Bank of China (PBOC) menunjukkan upaya menahan diri di tengah sikap hawkish Federal Reserve.
Penurunan dilakukan setelah China melaporkan pada Senin bahwa terjadi kontraksi yang pertama pada ritel sejak 2020.
Namun, Xinhua News Agency melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan pada kuartal I/2022 akan lebih tinggi daripada tiga bulan sebelumnya.
Negara tersebut berpotensi mencapai target pertumbuhan sekitar 5,5 persen pada tahun ini, tetapi membutuhkan upaya yang keras.
Indikator ekonomi termasuk konsumsi, pekerjaan, investasi, dan produksi industri menunjukkan pertumbuhan ekonomi berada di bawah tekanan seiring dengan penyebaran Covid.
Baca Juga
Perang di Ukraina yang memanas juga telah membuat pasar semakin bergejolak. Fundamental ekonomi yang membaik dalam jangka panjang tidak berubah, kata Xinhua.
Sementara itu, ekonom Bloomberg memprediksi pertumbuhan PDB China mencapai 4,2 persen pada kuartal I, naik dibandingkan tahun lalu sebesar 4 persen pada kuartal IV/2021.
Secara terpisah, surat kabar seperti China Securities Journal and Economic Information mengatakan kebijakan akan mendukung agar menjaga kekuatan ekonomi dan pertumbuhan yang stabil pada kuartal II/2022.
Lembaga keuangan diminta untuk meningkatkan pinjaman dan menurunkan biaya kredit untuk pelaku usaha.
Pada Jumat, bank sentral China mengambil langka moderat dengan menurunkan rasio cadangan wajib (RRR) sebesar 25 basis poin, lebih kecil dari perkiraan ekonom dan menahan diri dari pemangkasan suku bunga.