Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ukraina Tuding Rusia Gunakan Senjata Kimia, Harga Minyak Menggila

Harga minyak kembali 'menggila' alias menyentuh level di atas US$100. Harga minyak naik setelah Ukraina menuding Rusia gunakan senjata kimia.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Faustina Prima

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak pada hari ini, Rabu (13/04/2022). kembali ‘menggila’ alias menyentuh level di atas US$100 setelah pekan sebelumnya mengalami penurunan. Harga minyak jenis light sweet atau WTI tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 0,38 persen menjadi berada di level US$100,98 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent mencapai US$105,05 per barel atau melonjak 0,39 persen.

Faktor pendongkrak harga minyak adalah invasi Rusia ke Ukraina yang berujung pada embargo minyak Rusia oleh Inggris dan Amerika Serikat, yang diikuti oleh embargo batu bara Rusia oleh Uni Eropa dan Jepang. Embargo komoditas energi tersebut terjadi setelah Rusia menyerbu Kota Mariupol, kota di sisi Timur Ukraina.

Penyerbuan Kota Mariupol tersebut menyebabkan Joe Biden menganggap Rusia telah melakukan genosida. Walikota Mariupol, Vadym Boychenko mencatat invasi Rusia telah membunuh lebih dari 10.000 warga kota.

“Semakin terlihat jelas bahwa Putin ingin menghabisi warga Ukrainia,” tegas Biden, dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/04/2022).

Pentagon mengatakan saat ini pihaknya telah memonitor klaim bahwa tentara Rusia menjatuhkan zat kimia beracun di Kota Mariupol, yang diklaim oleh otoritas Ukraina sebagai senjata kimia. Jika klaim senjata kimi itu terbukti, dapat mengekskalasi peperangan. Namun, pembuktian tersebut sulit dilakukan.

Pernyataan tersebut pertamakali dikeluarkan batalion Azov, milisi sayap kanan Ukrainia yang tergabung dalam Tentara Nasional Ukraina yang mempertahankan Kota Mariupol dan kini telah mundur ke pabrik baja terbesar di kota itu, Azovstal, untuk menunggu keputusan final (dari otoritas).

Milisi tersebut mem-posting video yang menunjukkan tentara dan warga sipil mengalami gejala wajah memerah, mulas, selaput lendir meradang dan mata kering. 

Salah seorang tentara mengatakan melihat asap putih dan secara tiba-tiba mengalami telinga berdengi serta kelelahan parah, setelah keluar sejauh kurang dari 10 meter dari markas. Menurutnya, di markas, asap masuk ke dalam ventilasi dan menyebabkan gejala serupa bagi orang-orang di dalamnya.

Presiden Ukrainia Volodymyr Zelenskiy menyatakan perhatiannya terhadap masalah senjata kimia dalam videonya.

“Kami akan menangani hal ini dengan serius. Ancaman nyata senjata kimia sudah di depan mata. Respond dan bantuan internasional untuk Ukraina sangat kami harapkan,” ucap Zelenskiy.

Mengkonfirmasi adanya senjata kimia dapat menimbulkan konsekuensi serius. Pejabat tinggi AS dan Uni Eropa menyebutkan penggunaan zat kimia terlarang oleh Rusia di Ukraina akan menyebabkan reaksi keras dan mendadak (dari dunia internasional).

“Penggunaan senjata kimia akan memunculkan respon dan kami tengah merundingkan berbagai opsi yang mungkin dilakukan,” terang Menteri Pertahanan Inggris, James Heappey. 

NATO menegaskan bahwa tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina, atau menerapkan zona larangan terbang di atas negara itu, karena menurut NATO hal tersebut dapat menarik mereka ke dalam konfrontasi langsung dengan Rusia dan menyebabkan konflik semakin meluas. 

Selain kelanjutan perang Rusia dan Ukraina, dilonggarkannya lockdown di China juga menyebabkan peningkatan harga minyak.

“Naiknya harga minyak dipicu oleh pelonggaran lockdown di China. Pasar energi sekarang sebagian besar menilai dalam pelepasan minyak strategis yang terkoordinasi dan mungkin terlalu pesimis tentang seberapa jauh China akan tetap pada tindakan penguncian dan isolasi yang ketat,” jelas Ed Moya, analis pasar senior di Oanda, dilansir dari Bloomberg, Selasa (12/04/2022).

Minyak bumi merupakan salah satu komoditas yang terhambat pasokannya akibat lockdown di China. Berdasarkan data dari analis ANZ, Shanghai menyumbang sekitar 4 persen dari total konsumsi minyak di China.

Bahkan dengan kenaikan harga baru-baru ini, struktur pasar minyak telah melunak dalam beberapa pekan terakhir. Kekhawatiran atas pasokan telah mereda dengan beberapa barel minyak Rusia menemukan pasar. Minyak mentah AS untuk pengiriman minggu ini merosot hingga diperdagangkan hanya 30 sen di atas bulan berikutnya, setelah diperdagangkan setinggi US$5,26 per barel bulan lalu. Rencana pelepasan cadangan darurat dan kekhawatiran permintaan China telah membantu menenangkan harga, dan menekan perbedaan pasokan dari Timur Tengah ke Afrika Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper