Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas di Eropa Terkerek saat Menyusutnya Aliran ke Ukraina

Harga gas jangka pendek Eropa saat ini mencerminkan premi 20-40 persen karena risiko gangguan.
Jaringan pipa gas/Bloomberg
Jaringan pipa gas/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga gas alam Eropa mulai merangkak naik, mengikuti prediksi penurunan pesanan gas yang mengalir melalui Ukraina hingga 68 persen.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (12/4/2022), perusahaan Rusia Gazprom PJSC menegaskan kembali bahwa aliran gas akan disesuaikan dengan permintaan dari pelanggan.

Sementara itu, pasokan melalui pipa lain, Nord Stream, hampir mencapai kapasitas penuh.

Sejauh ini, pengapalan gas dari Rusia belum terdampak oleh peperangan Ukraina, bahkan pemesanan meningkat di atas level sebelum invasi dalam beberapa hari terakhir.

Harga gas jangka pendek Eropa saat ini mencerminkan premi 20-40 persen karena risiko gangguan, menurut ahli strategi gas Eropa Morgan Stanley Martijn Rats.

Ancaman pemangkasan pasokan dan upaya mengisolasi administrasi Presiden Vladimir Putin lantaran memicu invasi di Ukraina, telah membuat Eropa mencari penjual energi dari negara lain.

Italia pada Senin (11/4/2022) waktu setempat sepakat untuk meningkatkan impor dari Algeria untuk mengurangi ketergantungannya pada Rusia yang saat ini menyediakan kebutuhan sekitar 40 persen.

Pencarian alternatif juga memacu serbuan global untuk gas alam cair. TotalEnergies SE dan mitranya berencana untuk memperluas fasilitas ekspor mereka di Louisiana dan mengirim lebih banyak LNG ke Eropa.

Eropa akan meningkatkan permintaan bahan bakar di seluruh dunia lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya dan menjaga harga tetap tinggi selama beberapa tahun, menurut Morgan Stanley.

Sementara itu, gas berjangka bulan depan Belanda naik sebanyak 3,9 persen, dan 2,8 persen lebih tinggi pada 102,91 euro per megawatt-jam pada pagi hari di pasar Amsterdam. Kontrak setara di Inggris naik 3,5 persen menjadi 220,51 pence per therm.

Harga tidak berubah dalam beberapa hari terakhir setelah terayun selama beberapa pekan setelah invasi ke Ukraina pada akhir Februari.

Namun, risiko tetap ada lantaran menguatnya tekanan di dalam maupun luar Uni Eropa untuk menindak lebih keras impor energi Rusia.

“Mengingat pasar batubara, gas, dan listrik yang sudah ketat, semua tindakan [akan memengaruhi] risiko besar untuk sistem energi yang kompleks dan rapuh,” ujar Kepala Analisis & Pemodelan Fundamental AxpoSolutions AG Andy Sommer mengatakan dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper