Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dahsyat! Asia Bangun Proyek Gas Baru hingga Rp5.000 Triliun

Sejumlah korporasi di kawan Asia masih masif mengembangkan proyek gas dengan nilai sekitar Rp5.000 triliun.
Gas Metana di Iran/Caspian News
Gas Metana di Iran/Caspian News

Bisnis.com, JAKARTA - Kawasan Asia tengah membangun proyek infrastruktur gas baru senilai US$350 miliar atau sekitar Rp5.000 triliun, bertentangan dengan upaya dunia untuk mengurangi emisi.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (7/4/2022), proyek itu termasuk perluasan terminal gas alam cair (LNG), pembangkit listrik berbahan bakar gas dan jaringan pipa. Angka itu tiga kali lipat dari proyeksi investasi di Eropa, menurut data dari Global Energy Monitor.

Pemerintah di kawasan Asia tengah mencari keuntungan yang telah diraih oleh Amerika Serikat dan Eropa dari sektor gas selama beberapa dekade.

Pembeli LNG terbesar dunia ini sudah mencatatkan 30 proyek impor yang saat ini sedang dibangun, dengan rencana tentatif untuk tiga lusin lainnya, menurut data yang dikumpulkan oleh BloombergNEF.

Sementara itu, perusahaan Korea Selatan termasuk Posco Energy Co., SK E&S Co. dan plat merah Korea National Oil Corp. tengah menambah fasilitas LNG yang nantinya dapat digunakan kembali untuk transportasi dan penyimpanan hidrogen sebagai sumber energi rendah atau nol-emisi yang sedang berkembang.

Meski menghasilkan setengah dari emisi karbon batu bara, ada konsensus yang berkembang bahwa penggunaan gas harus dikurangi agar dunia dapat mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.

"Ini tentunya ada peran dari gas [khususnya dalam menggantikan batu bara," ujar mantan gubernur bank sentral Inggris Mark Carney yang saat ini utusan khusus iklim PBB dalam Asia Sustainable Finance Forum di Seoul.

PBB pada Senin menambahkan ukuran urgensi lain pada upaya untuk menghapus bahan bakar fosil. PBB memperingatkan suhu bumi akan memanas lebih dari 3 derajat Celcius, dua kali lipat dari target Perjanjian Paris.

Berdasarkan data BP Plc, Asia menjadi konsumen energi terbesar dan rumah bagi populasi tertinggi. Pasar gas di kawasan ini hampir sama dengan jumlah konsumsi di AS.

Potensi pertumbuhan besar-besaran lebih lanjut adalah alasan perluasan infrastruktur gas di Asia mengkhawatirkan, kata Robert Rozansky, seorang analis riset di Global Energy Monitor. .

Jika semua proyek yang diusulkan dibangun sesuai rencana, kapasitas impor LNG global akan melonjak 50 persen.

Para pembuat keputusan bakal salah sangka jika mereka berasumsi bahwa gas akan menjadi lebih murah dan stabil daripada energi terbarukan dan simpanan energi dalam jangka panjang.

“Asumsi ini sudah usang sebelum berakhirnya kontrak LNG 20 tahun,” kata Rozansky.

Negara-negara dan perusahaan tengah bersusah payah untuk mengamankan pasokan gas di tengah krisis energi di mana pemulihan ekonomi sedang berlangsung.

Perang di Ukraina telah menambah rangkaian hambatan, meningkatkan kebutuhan pasokan LNG dan mengerek harga ke level tertinggi. Hal ini akan semakin memperumit rencana transisi energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper