Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat bisnis dan pemasaran Yuswohady melihat akan adanya demand shock pada sektor restoran pada Ramadan dan Lebaran tahun ini. Melihat jarak antara menurunnya gelombang Covid-19 terakhir dengan momen tersebut yang sangat dekat.
Melihat puncak dari gelombang Covid-19 varian Omicron pada pertengahan dan akhir Februari 2022, gap atau jarak antara momen tersebut ke puasa sangat dekat, sehingga para pemain usaha belum banyak yang siap.
“Omicron belum lama kasusnya menurun, kemudian langsung masuk puasa, jedanya sekitar sebulan. Puasa itu demand akan langsung naik jadi ini agak ekstrem ini transisinya, agak mendadak, apalagi kalau jadi mudik, pastinya terjadi demand shock,” ujar Yuswohady, Rabu (30/3/2022).
Dalam mengatasi situasi tersebut, salah satu caranya adalah memperbanyak supply. Dia memperkirakan banyak pemain yang akan kelabakan akibat kondisi ini salah satunya dari serapan tenaga kerja. Setelah banyaknya pekerja yang dirumahkan, ketika ada lonjakan permintaan, otomatis para pelaku usaha harus merekrut pegawai dalam waktu cepat.
“Ketika pandemi kan dirumahkan dan banyak yang memutuskan untuk keluar. Resto yang pelayannya cuma 5 padahal normalnya 30, mereka masih mulai rekrut agar tidak terjadi gap itu. Kadang-kadang rekrutmen kan gak gampang ya, kalau pun bisa, kualitas orangnya belum tentu terjamin,” ujarnya.
Di samping kekhawatirannya, Mas Yus, sapaan akrabnya, melihat Ramadan kali ini sebagai waktu yang tepat untuk bisnis terutama kafe dan restoran untuk rebound yang sesungguhnya.
Baca Juga
“Rebound yang bener itu sekarang, karena di akhir tahun lalu Delta turun, tapi orang masih jaga-jaga, karena kemungkinan ada kemungkinan gelombang baru, ternyata betul ada Omicron,” katanya.
Riset yang dilakukan olehnya menunjukkan bahwa tingkat percaya diri untuk beraktivitas di luar rumah sudah semakin meningkat. Dalam data yang diberikan, per Januari 2022, sebanyak 79,2 persen orang sudah tidak ragu untuk melakukan dine-in atau makan di tempat di restoran.