Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mencatat beberapa perbaikan yang perlu perbaikan dalam penyelenggaraan MotoGP dan pemaksimalan dari Mandalika.
Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan hal tersebut dalam kegiatan Weekly Press Briefing, bahwa faktor infrastruktur masih menjadi tantangan tersendiri di pulau tersebut.
Hal yang memperparah keadaan setelah MotoGP adalah kemacetan yang mengular hingga membuat pesawat terpaksa menunggu penumpang.
“Saya merasakan sendiri kemacetannya waktu datang dan waktu pulang, dan banyak sekali masyarakat yang menunggu shuttle,” kata Sandi, Senin (21/3/2022).
Dalam paparannya, Sandi mengatakan bahwa dia harus menunggu satu jam di pesawat karena menunggu penumpang lain yang akan naik.
“Bukan hanya macet di sana, tapi saat saya mau pulang di airport, delay hampir satu jam, di dalam pesawat hampir satu jam lagi karena menunggu para penonton yang terjebak. Ini ada multiplier effect dan dampaknya sangat besar untuk kita tindak lanjuti di kesempatan berikutnya,” ungkap Sandi.
Baca Juga
Sandi mengatakan terkait kejadian ini dilakukan evaluasi yang sangat mendetail untuk bahan koreksi dan akan didiskusikan bersama ITDC, MGPA, dan stakeholders terkait.
Sementara itu, Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna melihat kasus tersebut seharusnya memperhitungkan potensi naiknya traffic pada saat acara besar. Ajang internasional tersebut memang baru pertama kali diadakan, sehingga menurut Yayat kondisi di Mandalika masih belum siap dengan maksimal.
Menurutnya, dari permasalahan traffic ini, penyelenggara atau pemangku kepentingan yang terkait melarang masuknya kendaraan pribadi. Dia meminta pemerintah untuk memaksimalkan larangan kendaraan pribadi, jadi pengunjung dapat menggunakan shuttle.
“Misalnya melarang kendaraan pribadi, diganti dengan shuttle bus, itu yang diperbanyak, jadi orang-orang yang ke sana itu mungkin harus dijemput di titik-titik tertentu,” kata Yayat, Selasa (22/3/2022).
Selain itu, Yayat mengatakan bahwa harus ada pemetaan seperti jaringan jalan alternatif untuk mengurai dan memecah kemacetan.
“Jadi secara struktur ruang pemanfaatan jaringan jalan itu hanya bisa maksimal dipetakan kondisinya jika dalam kondisi ada event besar saja, untuk kegiatan sehari-hari, no problem,” lanjut Yayat.
Yayat berpendapat jika membuat kereta terlalu mahal, satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan menggunakan shuttle bus yang sesuai dengan jadwal per 10 atau 15 menit sekali ataupun angkutan khusus lainnya.