Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, mudik Lebaran akan mengembalikan peran atau kontribusi Lebaran terhadap perekonomian Indonesia mendekati kondisi normal, bila tahun ini mudik diizinkan oleh pemerintah.
"Dengan adanya Lebaran, akan ada lonjakan konsumsi yang kemudian berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lonjakan itu cukup besar pada saat Lebaran," kata Piter kepada Bisnis, Jumat (18/3/2022).
Dia menjelaskan, adanya pembatasan-pembatasan di tengah pandemi bukan berarti tidak ada kenaikan terhadap konsumsi, namun kenaikannya terbatasi. Apabila nantinya mudik kembali diizinkan, Piter menilai perannya terhadap konsumsi kembali meningkat namun sekali lagi masih terbatas lantaran masih ada pandemi.
Lebih lanjut dia menjelaskan, Lebaran pada 2019 atau sebelum pandemi memberikan dorongan konsumsi pada nilai 100. Maka pada 2020, saat pandemi mulai terjadi dan pemerintah sangat membatasi kegiatan masyarakat, penurunan konsumsi mungkin mencapai hanya sekitar 40.
Ketika pembatasan tersebut dihilangkan, menurut Piter mungkin akan ada kenaikan namun tidak sampai pada nilai 100.
"Paling dia mendekati hanya di 80 atau 90. Jadi hanya seperti itu kita bisa melihat bagaimana peran dari kebijakan pelonggaran ini terhadap konsumsi dan pertumbuhan ekonomi kita. Membuka aktivitas ekonominya mendekati kondisi normal tetapi belum bisa sepenuhnya balik ke normal," paparnya.
Baca Juga
Ada alasan mengapa Piter menyebut aktivitas ekonomi 'mendekati normal', bukan kembali ke normal. Hingga saat ini, konsumsi barang-barang sekunder, tersier dan barang-barang mewah masih sangat terbatas.
"Kelompok kaya yang menengah atas itu belum sepenuhnya berkonsumsi seperti sebelum pandemi. Masih ada hambatan karena tetap saja ini kan masih ada pandemi," ungkapnya.