Bisnis.com, JAKARTA - PT Brantas Abipraya (Persero) yang merupakan perusahaan konstruksi milik negara, memantapkan posisinya sebagai BUMN terunggul dalam pembangunan bendungan dengan mendirikan School of Dam and Water Resources. Sekolah inipun diresmikan oleh Haryadi selaku Komisaris Utama Brantas Abipraya dan Sugeng Rochadi, Direktur Utama Brantas Abipraya.
Diresmikan di proyek Bendungan Ciawi, Bogor, disahkannya sekolah ini juga berbarengan dengan diluncurkannya Lembaga Pengembangan Kompetensi (LPK) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Brantas Abipraya.
“Kompetensi dan keahlian tenaga kerja atau human capital harus selalu ditingkatkan, dengan adanya sekolah dan lembaga ini, kami dituntut untuk menyesuaikan, menjawab tantangan perubahan teknologi dan ilmu yang berkembang,” ujar Sugeng.
Foto: Haryadi, Komisaris Utama Brantas Abipraya dan Sugeng Rochadi, Direktur Utama Brantas Abipraya sesaat setelah meresmikan sekolah bendungan yang akan melahirkan banyak ahli bendungan di Indonesia.
Serius dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang konstruksi khususnya bendungan, Brantas Abipraya juga menggandeng para ahli bidang keairan dari beberapa Universitas ternama. Diharapkan setelah menyelesaikan program di sekolah bendungan ini, para peserta dapat mengambil peran penting dalam membangun infrastruktur air, khususnya bendungan.
“Ilmu konstruksi dalam pembangunan bendungan akan terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi, seperti BIM (Building Information Modelling), Lean Construction dan teknologi konstruksi lain serta produk unggul, harus diikuti dengan sumber daya manusia yang unggul juga,” imbuh Sugeng.
Beliau juga menambahkan bahwa didirikannya LPK-LSP Abipraya dan School of Dam and Water Resources ini adalah sebagai wadah untuk pelatihan kerja guna membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi, juga meningkatkan produktivitas tenaga kerja di bidang konstruksi, khususnya saat ini di bidang bendungan.
Pengalaman membangun negeri selama 41 tahun dengan deretan karya-karya bendungan yang unggul ini telah membawa Brantas Abipraya untuk dipercaya dan mendapatkan amanat dari I2LI (Indonesia Infrastructure Learning Institute) untuk membentuk sekolah spesialis bendungan.
Foto: dok. Brantas Abipraya
Sebagai tambahan informasi, Brantas Abipraya bersama BUMN konstruksi lainnya membentuk I2LI dan I2RI (Indonesia Infrastructure Research and Innovation Institute) pada Juni 2021. Dua institusi ini berfungsi sebagai tempat pelatihan, pembelajaran, praktek untuk meningkatkan keahlian para pekerja BUMN di sektor infrastruktur.
Kolaborasi BUMN Konstruksi ini adalah tindak lanjut dari Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE-1/MBU/02/2021 tentang Transformasi Fungsi Learning Center/ Corporate University, Research Center, dan Innovation Center Badan Usaha Milik Negara.
Haryadi, Komisaris Utama Brantas Abipraya mengatakan, “Sekolah bendungan dan sumber daya air ini terselenggara karena kolaborasi dan semangat antara Brantas Abipraya, Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Kementerian BUMN, dan tentunya tak dapat berjalan lancar tanpa adanya dukungan dari BUMN karya lainnya.”
Beliau juga menambahkan bahwa di sekolah ini, para pakar bendungan dapat berbagi pengamakan, pengetahuan, karena setiap bendungan memiliki karakteristik yang unik. Maka disamping fungsinya, perlu juga diberikan sentuhan seni dan kreatifitas. Belajar bendungan di sekolah Abipraya ini menjadi penting untuk mengembangkan kreatifitas, sehingga tak melulu hanya tentang pengetahuan saja.
Hal inipun yang menjadikan Proyek Bendungan Ciawi Brantas Abipraya sebagai pilihan lokasi untuk peresmian LPK-LSP Abipraya dan School of Dam and Water Resources. Hal ini dikarenakan bendungan ini adalah salah satu bendungan unik Brantas Abipraya, yaitu bendungan kering pertama di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, disampaikan juga sambutan dari Airlangga Mardjono selaku Ketua Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB). Dalam sambutannya, Airlangga memberikan apresiasi tinggi atas pembangunan sekolah bendungan ini. Beliau berharap semoga School of Dam ini dapat menjadi ajang pembelajaran dari para senior ahli bendungan ke tenaga muda untuk menggerakkan tongkat estafet, regenerasi dalam pembangunan bendungan.