Bisnis.com, JAKARTA - Layanan transportasi Light Rail Transit (LRT) Jabodebek ditargetkan beroperasi pada Agustus 2022. Progres pembangunan sarana dan prasarana LRT Jabodebek secara keseluruhan sudah hampir rampung, atau mencapai 90 persen.
Adapun, pembangunan sarana dan prasarana LRT Jabodebek terbagi menjadi pembangunan tiga jalur lintasan LRT, stasiun, dan depo yang terletak di Bekasi Timur. Seluruh sarana dan prasarana LRT Jabodebek dikerjakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Indusrti Kereta Api (Inka), dan PT Len Industri.
Secara terperinci, pembangunan jalur LRT Cawang–Cibubur tercatat sudah mencapai 94,46 persen; Cawang–Dukuh Atas 89,12 persen; dan Cawang–Bekasi Timur 92,9 persen. Penyelenggaraan tiga jalur lintasan tersebut dilaksanakan oleh KAI yang juga bertindak sebagai operator LRT Jabodebek. Hal tersebut sesuai dengan amanah Peraturan Presiden (Perpres) No. 49/2017.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Urban Transport/LRT Jabodebek Ferdian Suryo Adhi Pramono mengatakan pada sisi konstruksi sarana dan prasarana, pembangunan LRT akan selesai secara keseluruhan pada Agustus 2022. Nantinya, pihak konsultan yang akan menyatakan apabila seluruh fasilitas dikategorikan sebagai layak operasi.
"Totalnya sudah mencapai 90 persen. Sebenarnya secara konstruksi fisik itu Agustus insya Allah sudah selesai semua. Tapi, secara sistem ada berbagai macam proses mulai dari awal, integrasinya gimana, pengetesan dengan keretanya gimana, lalu sampai dengan output terakhir bahwa nanti dari konsultan itu akan menyatakan ini layak operasi. Lalu diajukan dan dikeluarkan sertifikat," jelasnya, akhir Februari 2022.
Baca Juga : ASDP Kucurkan Rp3,2 Miliar Buat MotoGP Mandalika |
---|
Jalur layanan LRT, lanjut Ferdian, nantinya sudah bisa beroperasi mengangkut penumpang dengan secara otomatis atau tanpa masinis (driverless). Kedua rute sudah akan bisa melayani penumpang yakni Cibubur–Dukuh Atas, serta Dukuh Atas–Bekasi.
"Pada Agustus, rute yang sudah bisa dilayani itu semuanya. Kan kita punya dua lane yaitu Cibubur–Dukuh Atas, dan Bekasi–Dukuh Atas. Blue lane dan green lane," jelas Ferdian.
Sementara itu, pembangunan sebanyak 17 stasiun tercatat mencapai 67,50 persen dan pembangunan depo 72,48 persen. Kedua proyek ini ditugaskan kepada PT Adhi Karya (Persero), melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 65/2016.
Berdasarkan pantauan Bisnis.com, saat kunjungan pada Kamis (11/3/2022), masih terdapat beberapa fasilitas pendukung yang masih akan harus dilengkapi dalam beberapa waktu ke depan. Misalnya, akses masuk ke stasiun berupa jembatan maupun tangga, serta pemasangan pembatas antara area platform peron dan jalur kereta atau platform screen door (PSD).
Untuk pembangunan depo, hingga saat ini PT Adhi Karya telah menyelesaikan manuever track, transfer track, dan gedung pengendali utama atau operation control center (OCC). Kawasan seluas 10,5 hektare (ha) ini meliputi fasilitas stabling, light maintenance, heavy maintenance, OCC, dan area lainnya.
Untuk pengendalian otomatis LRT, fasilitas OCC dinyatakan siap untuk diserahkan kepada PT KAI sebagai pihak operator LRT. "Gedung pengendali utama/OCC telah siap diserahterimakan ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk proses persiapan operasi," tutur Corporate Secretary PT Adhi Karya Farid Budiyanto melalui siaran pers, Kamis (10/3/2022).
Pembebasan Lahan
Project Manager Depo LRT Jabodebek Hastomo menjelaskan bahwa seluruh pembebasan lahan untuk kawasan depo LRT sudah selesai. Dia mengatakan pembebasan lahan rampung dua tahun lalu, sekitar September-Oktober 2020.
"Lahan baru bebas sekitar September-Oktober 2020. Waktu untuk pembebasan lahan itu tiga tahun," jelasnya di depo LRT Jabodebek, Kamis (10/3/2022).
Kendati demikian, Hastomo mengatakan terdapat satu area pemakaman umum yang tidak dibebaskan. Lokasi pemakaman umum atau TPU yang masih ada di kawasan depo LRT Jabodebek itu dekat dengan gedung pengendali utama atau OCC.
Area pemakaman tersebut tidak dibebaskan karena alasan pihak ahli waris yang sudah tidak lagi berada di daerah tersebut.
Total Pendanaan
Untuk diketahui, total pendanaan yang dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana LRT Jabodebek adalah senilai Rp23 triliun. Sumber pendanaan berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pinjaman atau kredit perbankan.
Khusus pembangunan 17 stasiun LRT dan depo, saat ini sudah menyerap hampir Rp1 triliun dari total pembiayaan melalui penyaluran kredit sindikasi dari empat bank pelat merah, yakni Bank Mandiri, BNI, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, dan Bank Pembangunan Daerah Papua.
Manajer Keuangan Departemen Perkeretaapian Adhi Karya Achmad Nurrohman mengatakan empat bank tersebut menyalurkan kredit sebesar Rp2,93 triliun untuk pembangunan stasiun dan LRT Jabodebek.
Sebelumnya, pendanaan pembangunan stasiun dan depo LRT Jabodebek memanfaatkan suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,39 triliun, sedangakn total pendanaan yang dibutuhkan yakni Rp4,2 triliun.
"[Pembangunan] stasiun dan depo dananya butuh Rp4,2 triliun. Kita hanya dapat PMN Rp1,3 triliun, sisanya cari sendiri yaitu melalui kredit sindikasi perbankan tadi," jelasnya di Depo LRT Jabodebek, Bekas Timur, Kamis (10/3/2022).
Tarif Tiket LRT
Kepala Divisi LRT Jabodebek PT KAI Mochamad Purnomosidi mengatakan saat ini pembahasan tarif masih dilakukan antara PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Masih diskusi intens dengan DJKA, agar kita menemukan tarif yang paling efisien," kata Purnomo saat dihubungi oleh Bisnis, Jumat (11/3/2022).
Purnomo memprakirakan tarif penumpang LRT Jabodebek maksimal bisa mencapai Rp24.000. Adapun, PT KAI mengajukan besaran tarif rata-rata sebesar Rp15.000 kepada pihak Kemenhub. Besaran tarif tersebut, lanjutnya, masih merupakan angka yang diajukan PT KAI kepada pihak Kemenhub hingga saat ini.
Kendati demikian, tarif yang berlaku nantinya akan diterapkan secara progresif atau berdasarkan dengan jarak yang ditempuh oleh penumpang LRT.
"Dari KAI itu sudah menyampaikan average itu Rp15.000 dari kementerian. Tapi di dalamnya itu pasti akan progresif. [Tarif] per 3 kilometer, atau per 5 kilometer misalkan Rp3.000. Kemungkinan nanti setiap kilonya juga akan naik," jelas Purnomo secara terpisah pada akhir Februari 2022.
Dia mengungkap bahwa sebelumnya KAI mengajukan penambahan tarif setiap 1 kilometer setelah tarif dasar yakni Rp3.000 untuk setiap 3-5 kilometer. Penambahan setiap kilometer setelah tarif dasar yang diajukan berkisar dari Rp600 sampai dengan Rp1.000, per kilometernya.
Sementara itu, Purnomo mengungkap bahwa tarif yang dipatok untuk jarak terjauh bisa mencapai hingga Rp24.000, atau tarif tertinggi.
"Tapi bisa dikasih ancar-ancar tarif jarak pendeknya mungkin sekitar 5.000, karena hanya satu stasiun. Terjauhnya mungkin bisa sekitar Rp22.000 atau Rp24.000," jelasnya.
Kendati demikian, Purnomo menegaskan bahwa keputusan akhir penetapan tarif LRT Jabodebek akan ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub. Saat ini, belum ada keputusan final soal tarif yang berlaku untuk LRT Jabodebek.
"Tapi ini masih dalam proses pembahasan dengan teman-teman DJKA. Secara overall itu kalau kita hitung per satu penumpang, itu rata-rata [besaran tarif] Rp15.000," tutupnya.