Bisnis.com, JAKARTA – Dalam bahasa China, angka delapan yang biasa dilafalkan dengan bunyi ‘Ba’ identik dengan pelafalan ‘Fa’ yang berarti kemakmuran. Inilah alasan mengapa delapan kerap dimaknai sebagai angka keberuntungan dalam mitologi Tionghoa.
Pemaknaan yang sama agaknya berlaku dalam perjalanan PT SiCepat Ekspres Indonesia.
Memasuki tahun kedelapan sejak berdiri, SiCepat semakin merangsek menguasai pasar. Sampai pertengahan 2021 saja misalnya, mereka telah mengunci 22 persen bisnis sektor kurir logistik di dalam negeri.
Hingga penghujung 2021, kemampuan pengiriman paket SiCepat mencapai 2,8 juta penghantaran per hari sekaligus menggambarkan tren pertumbuhan 93 persen secara tahunan. Di tengah ketatnya pertarungan di medan perang kurir logistik, rapor tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata.
“Berkat kolaborasi dan sinergi dari seluruh pihak baik eksternal maupun internal perusahaan, SiCepat mampu terus bertumbuh dan berkembang dengan pesat,” kata CEO SiCepat The Kim Hai dalam keterangan yang diterima Bisnis, baru-baru ini.
Seperti kata The Kim Hai, kolaborasi dan sinergi kerap jadi penekanan utama SiCepat dalam bertumbuh. Hal ini bisa dilihat dari tren peningkatan kinerja perseroan yang acap beriring dengan pertumbuhan pada sisi sumber daya internal maupun eksternal.
Berdasarkan laporan terakhir pada Desember 2021, perusahaan ini telah didukung oleh sekitar 70.000 karyawan, 1.500 gerai, 149 pick up drop point (PUDO), 84 sortation, dan lebih dari 7.000 titik SiCepat Point.
Namun, tercapainya sinergi dan kolaborasi yang membuahkan pertumbuhan kinerja tampaknya belum bikin perusahaan puas. Belakangan, SiCepat menyiratkan mereka masih punya banyak rencana besar untuk diwujudkan.
Salah satunya tampak dari keputusan perseroan untuk bertransformasi menjadi perusahaan digital, sebagaimana diumumkan The Kim Hai belum lama ini. Ke depan, SiCepat ingin keberadaan mereka tidak lagi dipandang hanya sebagai penyedia kurir logistik.
“Pada 2022 ini, SiCepat berharap dapat menjadi perusahaan digital yang memperluas peluang usaha, dan menciptakan lapangan pekerjaan serta mendukung pebisnis lokal untuk mengembangkan bisnis.”
MENGEJAR DAMPAK BESAR
Sebelum mengutarakan rencana transformasi menjadi entitas digital, SiCepat sebenarnya telah menunjukkan benih-benih tekad untuk menggandeng dan mengangkat kelas pebisnis lokal. Terutama mereka yang berasal dari segmen UMKM.
Bentuk paling sederhananya tampak pada program-program customer loyalty management (CLM) yang telah diinisiasi sejak dua tahun silam. Banjir Rezeki SiCepat (BARIS), Kejutan Tunai SiCepat (Ketupat), hingga Gebyar Reward SiCepat (GRES) adalah contoh beberapa kampanye perseroan yang ditujukan untuk mengapresiasi dan memacu UMKM dalam menggenjot penjualan di ecommerce.
Sebagai ilustrasi, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa realisasi transaksi ecommerce di Indonesia menyentuh nilai Rp403 triliun pada 2021. Meningkat 51,5 persen dari posisi Rp266 triliun secara tahunan. Data ini agaknya menggambarkan bahwa usaha SiCepat mengajak UMKM untuk tumbuh bersama relatif membuahkan hasil.
“Semua jenis transaksi keuangan dan ekonomi digital meningkat. Kami juga optimistis pertumbuhannya akan terus berlanjut pada 2022,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pidato Tahunan Bank Indonesia (PTBI), akhir Desember 2021.
Per Desember 2021, SiCepat juga mempertajam pengaruhnya untuk mengajak UMKM tumbuh bersama. Penajaman ini tergambar dari langkah perseroan menjalin kemitraan strategis dengan Pinjam Modal, platform teknologi finansial (tekfin) yang merupakan entitas anak PT BFI Finance Tbk. (BFIN).
Melalui kerja sama ini, Sahabat SiCepat serta pelaku UMKM dalam ekosistem SiCepat secara keseluruhan dapat mengajukan pinjaman secara daring via aplikasi SiCepat Ekspres. Plafon yang disediakan untuk setiap pengguna pun tidak kecil untuk ukuran UMKM, yakni maksimal Rp50 juta.
“Kami berharap kemitraan antara SiCepat dan Pinjam Modal semakin memperkuat inklusi keuangan digital di Indonesia, khususnya Sahabat SiCepat dalam hal permodalan,” kata CEO Pinjam Modal Herman Handoko ketika pengumuman kerja sama tersebut, Desember silam.
Hanya saja, inisiasi-inisiasi tersebut memang dinilai ekonom masih potensial untuk ditingkatkan. Apalagi bila mempertimbangkan status dan posisi tawar SiCepat sebagai salah satu startup dengan valuasi jumbo.
Dan, dengan bertransformasi menjadi perusahaan digital yang bukan sekadar berbisnis logistik, peran SiCepat bagi pertumbuhan UMKM Indonesia diprediksi bisa semakin besar.
“Wujud the next normal setelah pandemi adalah ketika semua aktivitas bisa dilakukan secar digital. Dalam konteks inilah SiCepat bisa memanfaatkannya. Dengan masuk lebih dalam ke unit bisnis digital, peluang dan peran mereka terhadap perekonomian akan lebih besar,” kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, ketika dikonfirmasi Bisnis.
Menurut Yusuf, masih terlalu dini untuk menilai apakah transformasi yang akan dijajaki SiCepat feasible secara bisnis. Namun, bila melihat rapor awal SiCepat yang masih bertumbuh hingga tahun lalu, dia menilai potensi yang dimiliki perusahaan ini untuk memperluas jangkauan ke sektor-sektor berbasis digital lain cukup besar.
Hanya saja, adanya potensi bukan berarti mengeliminir tantangan yang mesti dihadapi.
TANTANGAN
Menurut Yusuf, tantangan terbesar yang harus dihadapi SiCepat adalah persaingan yang semakin ketat. Kedatangan pandemi, menurutnya, bikin semakin banyak perusahaan melirik sektor ekonomi digital.
Ramai-ramai perusahaan mencicip bisnis digital itu pula yang membuat adanya diferensiasi menjadi penting. Hal yang dinilai bisa menjadi kunci kesuksesan SiCepat adalah menemukan pembeda dibandingkan kompetitor yang nantinya akan menekuni sub-sektor sama.
“Dengan masuk ke unit bisnis baru yang berbeda dengan inti bisnis SiCepat sebelumnya, dalam hal ini makanan dan produk kecantikan, maka ini akan menjadi tantangan. Karena di saat bersamaan beberapa perusahaan digital juga sedang berlomba memperluas keragaman bisnisnya.”
Pernyataan Yusuf tersebut tidak berlebihan. Sebab, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2021 mencatat bahwa jumlah startup di dalam negeri terus menjamur hingga mencapai 2.319 entitas.
Mayoritas dari startup-startup tersebut menawarkan inovasi teknologi, termasuk ekosistem digital sebagai corak di sektor usahanya masing-masing.
Tantangan lain yang juga mesti dihadapi SiCepat adalah literasi digital masyarakat Indonesia, khususnya di lingkup UMKM yang masih di bawah ekspektasi. Untuk memastikan transformasi digital mereka bisa mengangkat kelas UMKM, agaknya penting bagi SiCepat untuk lebih dulu memastikan kesiapan para pelaku bisnis tersebut.
Sebagai gambaran, pada 2021 UMKM sebenarnya telah memberikan kontribusi yang tidak main-main bagi perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, total kontribusi sektor UMKM terhadap PDB Indonesia telah mencapai 61,97 persen.
Angka tersebut bukan saja jauh meningkat dari kondisi 2020, ketika pandemi datang. Tetapi juga telah melampaui persentase rata-rata kontribusi UMKM terhadap PDB pada masa prapandemi yang konsisten berada pada rentang 57 persen hingga 60 persen.
Sayangnya, di tengah laju peran yang semakin besar itu, tingkat literasi digital UMKM masih rendah. Dari total 61,19 juta jumlah pelaku UMKM per akhir Desember 2021, baru sekitar 16 juta atau 26,14 persen yang telah melakukan aktivitas bisnis secara digital.
Padahal, pemerintah memiliki target yang cukup besar. Mengacu proyeksi program Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM go digital diharapkan sudah bisa menyentuh 30 juta per 2024.
“Karena itu, pemerintah mengajak semua pihak termasuk swasta untuk bersama-sama membantu UMKM go digital,” kata Kementerian Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangannya belum lama ini.
LANGKAH AWAL
Di sisi lain, SiCepat bukannya tidak menangkap kegelisahan tersebut.
Seperti kata The Kim Hai, entitasnya tengah mencoba beragam cara untuk membantu pemerintah menggapai target. Beragam cara ini tidak hanya terbatas pada penawaran kampanye-kampanye CLM dan kerja sama pendanaan, sebagaimana telah disinggung sebelumnya.
Masih dalam konteks menyongosong transformasinya jadi entitas digital, sejak pertengahan tahun lalu SiCepat telah meluncurkan kerja sama dengan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX), entitas turunan Grup PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) berupa digital cloud ad.
Peluncuran layanan digital marketing tersebut memungkinkan UMKM dalam ekosistem SiCepat mendapat program pengembangan ecommerce dan marketplace serta pemasangan iklan digital di titik-titik strategis SiCepat.
Sebagai konteks, DMMX merupakan entitas yang punya rekam jejak positif dalam hal program digitalisasi UMKM. Sebelum berkongsi dengan SiCepat, misalnya, per 2020 perusahaan ini mengklaim telah berhasil melakukan digitalisasi terhadap lebih dari 83.000 UMKM.
Sebenarnya, upaya kongsi SiCepat dan Grup M Cash dalam mengelevasi literasi digital bukan saja terbatas pada sasaran ke segmen UMKM.
Belakangan, kongsi SiCepat dan M Cash juga cukup agresif berinvestasi di perusahaan digital yang tidak memiliki korelasi dengan pengembangan UMKM. Salah satu portofolio yang pertumbuhannya cukup agresif adalah investasi yang mereka lakukan di PT Dektos Digital Corbuzier.
Dektos merupakan perusahaan yang salah satunya menaungi produksi podcast Close The Door besutan Deddy Corbuzier. Per pertengahan Februari 2022, Deddy mengklaim valuasi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki SiCepat ini telah menyentuh Rp1 triliun.
Kongsi SiCepat dan Grup M Cash juga melebarkan sayap mereka dengan membentuk PT Energi Selalu Baru. Perusahaan ini menaungi produksi dan pemasaran sepeda motor listrik dengan merek Volta.
Menurut manajemen SiCepat, kedua investasi tersebut memang tidak memiliki kaitan langsung dengan konteks pengembangan UMKM. Namun, mereka meyakini bahwa langkah-langkah itu akan membuat SiCepat berada satu langkah lebih maju dalam rencana transformasinya.
Terkait investasi di Dektos, misalnya, SiCepat mengklaim bahwa langkah ini merupakan wujud komitmen mereka untuk mendukung produksi konten-konten positif bagi penikmat platform digital di Indonesia. Di samping sebagai langkah alternatif untuk mempromosikan diri sebagai entitas digital.
Deddy dan tim produksinya belakangan memang dikenal memiliki reputasi dalam hal memproduksi konten-konten edukatif di kalangan milenial dan generasi z. Khususnya pada segmen penonton Youtube. Saat ini, kanal YouTube Deddy yang menjadi wadah utama Dektos telah memiliki lebih dari 17,8 juta pelanggan.
“Kami percaya kerja sama ini akan membawa dampak positif pada ekosistem bisnis yang sedang dikembangkan oleh SiCepat,” kata The Kim Hai.
Sementara terkait investasi di Volta, Chief Operating Officer SiCepat Murwanto menyebut investasi tersebut sebagai bukti bahwa SiCepat ingin berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dan menekan emisi karbon.
Apalagi, pasca-investasi tersebut, pihak SiCepat juga langsung melakukan pemesanan 10.000 unit Volta untuk diimplementasikan dalam pengiriman paket kurir-kurirnya.
“Harapannya SiCepat dapat memberikan kontribusinya terhadap kesehatan lingkungan,’ kata Murwanto ketika mengumumkan perjanjian transaksi tersebut, Desember lalu.
Berbagai terobosan dan visi transformasi yang terjadi dalam 1-2 tahun terakhir agaknya cukup menjadi sinyal kuat bahwa SiCepat tengah berganti wajah. Kini, dengan wajah barunya, patut dinanti sejauh mana perusahaan tersebut bisa bergandengan tangan dengan mitra-mitranya untuk memacu denyut ekonomi digital di Indonesia.