Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) berencana melakukan kesepakatan impor minyak baru dengan Arab Saudi, Venezuela, dan Iran. Langkah ini diambil untuk mengimbangi hilangnya minyak Rusia setelah negara Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina.
Dikutip dari Politico, Jen Psaki, Sekretaris Pers Gedung Putih mengatakan AS sudah melakukan pertemuan dan negosiasi beberapa hal dengan perwakilan dari masing-masing negara tersebut.
Akhir pekan lalu, pejabat AS bertemu langsung dengan pejabat Venezuela di Caracas. Mereka membahas kemungkinan pelonggaran sanksi minyak di negara itu sebagai bagian dari strategi untuk memerangi kenaikan harga di AS.
"Saya pikir itu melompati beberapa tahap ke depan dalam proses apapun. Saat ini, saya tidak punya apa-apa untuk diprediksi. (Negosiasi) ini sedang berlangsung," ujar Psaki, Selasa (08/03/2022).
Psaki mengatakan bahwa sementara keamanan energi adalah bagian penting dari pertemuan di Venezuela, para pejabat AS juga membahas kesejahteraan warga AS yang ditahan. Dia memiliki pesan serupa tentang negosiasi di Arab Saudi dan Iran.
Pada Februari, Brett McGurk, koordinator untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Amos Hochstein, utusan khusus Departemen Luar Negeri untuk urusan energi, melakukan perjalanan ke Arab Saudi.
Baca Juga
"(Mereka) pergi ke Arab Saudi untuk membahas berbagai masalah, termasuk perang di Yaman, termasuk keamanan di kawasan itu dan tentu saja termasuk keamanan energi. Mereka berdiskusi, demi kepentingan semua orang untuk mengurangi dampak pada pasar minyak global," jelas Psaki.
Psaki mengatakan "diskusi tentang minyak" juga merupakan bagian dari negosiasi untuk pembicaraan nuklir Iran, yang katanya "semakin dekat" dengan kesepakatan. Tetapi Rusia telah mengacaukan diskusi tersebut karena mengajukan tuntutan di menit-menit terakhir.
AS telah lama memiliki hubungan yang rumit dengan ketiga negara tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, ketiga negara tersebut telah dituduh melakukan segala hal mulai dari kecurangan pemilu hingga kekejaman hak asasi manusia.
Sebelum menjabat, Presiden Joe Biden menyebut Arab Saudi sebagai "paria" karena perannya dalam pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi. Saat sebagai presiden, ia merilis laporan intelijen AS yang mencurigai keterlibatan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Pada Desember, AS menghukum selusin pejabat dan entitas Iran yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Salah satunya seperti menindas pengunjuk rasa dan aktivis politik, serta menahan aktivis dalam kondisi penjara yang brutal dengan sanksi.
Sementara di Venezuela, pemerintahan Biden secara aktif bekerja untuk menjamin kebebasan bagi sejumlah orang Amerika yang ditahan. Termasuk tiga mantan anggota militer AS.
Sementara perang di Ukraina mempercepat waktu negosiasi dengan Caracas, pemerintah AS telah membahas kembali pembicaraan antara pemerintah Venezuela dan oposisi, sebagai cara untuk mempromosikan pemilihan presiden yang adil pada tahun 2024, menurut laporan The Wall Street Journal.
Pemerintahan Trump sebelumnya menampar negara itu dengan sanksi pada Desember 2020, tepat sebelum ia meninggalkan jabatannya, setelah AS mengatakan pemilihan Venezuela curang.