Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Tinggi, Investasi Tesla Makin Menarik

Kenaikan harga minyak membuat kendaaraan listrik (EV) makin menarik. Preferensi investor terhadap saham kendaraan listrik diperkirakan terpusat pada Tesla Inc.
Logo Tesla di dealer Easton Town Center shopping mall in Columbus, Ohio, AS/ Bloomberg-Luke Sharrett
Logo Tesla di dealer Easton Town Center shopping mall in Columbus, Ohio, AS/ Bloomberg-Luke Sharrett

Bisnis.com, JAKARTA – Preferensi investor terhadap saham kendaraan listrik akan terpusat pada Tesla Inc., di tengah kenaikan harga minyak.

Dilansir Bloomberg pada Senin (7/3/2022), kenaikan harga minyak membuat kendaaraan listrik (EV) makin menarik. Kendati Saham Tesla turun lebih dari 20 persen tahun ini, perusahaan miliarder Elon Musk ini masih menguasai kapitalisasi pasar yang besar dan kuat sebesar US$866 miliar. Tesla juga merupakan saham terbesar kelima di Indeks S&P 500. 

Namun, perang Rusia Ukraina yang mengganggu rantai pasokan dan potensi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga telah meningkatkan kewaspadaan investor terhadap risiko. Untuk itu, tidak banyak pilihan saham kendaraan listrik.

"Tesla saat ini adalah satu-satunya perusahaan EV yang memiliki bisnis yang dapat dibuktikan dan layak. [Sementara] yang lainnya masih konsep," ujar Kepala Strategi Interactive Brokers LLC Steve Sosnick.

Adapun dua pemain lainnya, Rivian Automotive Inc., dan Lucid Group Inc., tersandung rantai pasok yang menyebabkan aksi jual tajam di kedua saham.

Secara gabungan, Rivian dan Lucid telah menjual sekitar 1.000 kendaraan pada tahun lalu. Sementara Tesla telah menjual hampir 1 juta kendaraan pada 2021.

Hanya beberapa bulan sebelumnya, Rivian digadang-gadang sebagai Tesla berikutnya dengan nilai pasar yang lebih besar dari Ford Motor Co.

Namun, produsen truk listrik ini menaikkan harga karena biaya yang lebih tinggi akibat kelangkaan komponen. Hal itu membuat saham Rivian terperosok hingga 30 persen pada Selasa - Jumat.

Bahkan, setelah perusahaan membatalkan kenaikan tersebut, saham turun lebih dari 70 persen dari level puncak pada November, menghapus valuasi lebih dari US$100 miliar.

Adapun saham Lucid turun 14 persen pada Selasa, setelah menurunkan target produksinya untuk 2022 dengan mengatakan menghadapi tantangan luar biasa pada logistik dan rantai pasok.

Saham terus jatuh selama sepekan dan sekarang turun 59 persen dari level tertinggi pada November.

“Produsen EV yang lebih kecil berada pada posisi yang kurang menguntungkan karena kurangnya pengalaman proses manufaktur,” kata Charles East, analis strategi ekuitas senior Truist Advisory Services.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper